HARIANRIAU.CO - Tergiur posting-an seorang selebgram, model cantik Monica Indah memutuskan untuk menyuntikkan filler payudara di klinik abal-abal. Dampaknya mengerikan, ia terserang mastitis hingga payudaranya berlubang.
Niat untuk mempercantik diri dengan jalur murah-meriah akhirnya harus disesalinya seumur hidup. Suntikan yang hanya sekitar Rp 14 juta itu harus dilanjutkannya dengan pengobatan hingga RP 200 juta, itupun dengan risiko cacat yang sulit dipulihkan.
Nah sebelum ikut-ikutan tren filler payudara dan mengalami dampak buruk seperti Monica Indah, kenali dulu fakta-faktanya sebagaimana dilansir dari Detikcom.
1. Tidak untuk memperbesar payudara
Prosedur filler payudara umumnya menggunakan hyaluronic acid. Dokter bedah plastik tidak menyarankannya untuk menambah volume payudara, dan lebih menganjurkan transfer lemak (fat graft) atau pasang implan.
"Secara umum, filler digunakan untuk mengisi kekosongan atau area yang depres atau cekung namun tidak untuk menambah volume. Banyak negara yang melarang tindakan tersebut. Bedah plastik tidak menyarankan dan tidak merekomendasi prosedur tersebut," jelas dr David S Perdanakusuma, SpBP-RE(K).
"Kalau sudah terlanjur, sangat sulit untuk dievakuasi. Sehingga saran saya, jangan melakukan filler untuk payudara," terang profesor bedah plastik tersebut.
2. Bahaya dan risiko filler payudara
Untuk memperbesar payudara, umumnya dibutuhkan 200-300 cc suntikan hyaluronic acid. Menurut Prof David, ini bisa memberikan efek kurang baik pada jaringan payudara, mulai dari risiko infeksi hingga kerusakan jaringan.
"Jaringan merah, nyeri dan bengkak adalah tanda peradangan. Bisa karena infeksi," imbuh Prof David.
Dampak lebih buruk adalah nekrosis atau kematian jaringan yang bisa merusak bentuk asli payudara. Terburuk, bisa muncul lubang pada payudara.
3. Hanya boleh disuntikkan oleh dokter
Monica Indah disebut menjalani penyuntikan filler payudara di klinik dokter abal-abal. Nah ini juga berbahaya, karena suntikan filler tidak boleh dilakukan sembarangan, harus dilakukan oleh pakar yang kompeten.
"Filler kan disuntik, hanya boleh dilakukan oleh dokter," kata Prof David.
Bahkan, dokter bedah plastik pun jarang melakukannya. Menurut Prof David, suntik filler lebih sering dilakukan oleh dermatologis atau dokter kulit.
.jpeg)
