Inhil Terpuruk di MTQ Riau, Ini Jawaban Kabag Kesra Arifin

Inhil Terpuruk di MTQ Riau, Ini Jawaban Kabag Kesra Arifin

HARIANRIAU.CO. INDRAGIRI HILIR - Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) yang dikenal dahulu sebagai pemilik Qori' dan Qori'ah terbaik dan disegani, tapi pada pelaksanaan MTQ baru-baru ini hanya bisa bertengger di posisi 11 dari 12 kabupaten/kota se-Riau.

Hasil tersebut tentu saja membuat sebagian masyarakat memberikan pertanyaan besar, karena iven yang merupakan andalan atau kebanggaan. Kini hanya menjadi sebuah kenangan manis yang bisa diucapkan saja dan sulit untuk diulangi.

Keterpurukan ini kemudian dijawab oleh Kabag Kesra Pemkab Inhil, H. M. Arifin saat dikonfirmasi awak media di Kantor Bupati Inhil lantai 1 Jalan Aksia Tembilahan, Senin (24/10/2016).

"Untuk diketahui pada MTQ yang di lakoni sekarang itu terdapat 7 cabang yang di pertandingkan, .. dan masing-masing cabang tersebut terdapat lagi beberapa no lomba, adapun cabangnya yakni cabang tilawah (Ibtidaiyh, Tsanawiyah, Aliyah), cabang Tahfiz (menghafal, 1 juzz, 5 juzz, 10 juzz, 20 juzz dan 30 juzz ), cabang tafsir ( bahasa arab, Ingris dan indonesia), cabang syarhil, cabang fahmi, cabang khat, cabang MMq (menulis maqalah Al-qur'an)," kata Arifin. 

Setakat ini, lanjutnya, LPTQ hanya diberi tugas dan wewengan mencari / menyeleksi peserta melalui MTQ mulai dari tingkat desa, kecamatan dan kebupaten, hasilnya dalam waktu singkat di bina dan di latih menjelang pelaksanaan MTQ tingkat Provinsi.

"Anggaran yang terbilang relatif besar menurut orang itu untuk hal tersebut pun masih dianggap memperihatinkan, karena masih banyaknya keluhan-keluhan," ucapnya. 

Menurut Arifin rendahnya perhatian, baik itu pelatih maupun yang lainnya, dibanding pembinaan bidang olahraga dan kesenian karena itu urusan agama.

"Kita dihimbau dan diminta untuk selalu ikhlas lillahita'ala sekali lagi kita baru mencari, yang di cari putra daerah. Kalau cari orang lain memang relatif gampang, sementara kita belom mampu pencetak," keluhnya. 

Kalau Qori' / Qariah, katanya mungkin bisa selesai di tangan pelatih yang ada. Tapi, cabang mufassir, tafsir. Ada tafsir bahasa Inggris dan tafsir bahasa Arab, ada tafsir bahasa Indonesia. Selain itu, khat, fahmil, syarhil, menulis makaqalh. Bibit-bibit itu seyogyanya muncul dan ada di madrasah, popes, dan sekolah-sekolah dan PT.

"Hemat kami sinergitas antar lembaga inilah yang harus dibangun, sementara kita harus memaklumi bagaimana keadaan ponpes, atau madrasah yang ada di Inhil," tukasnya. 

Menurut mantan Camat Batang Tuaka ini, bebicara tentang hasil dan realita MTQ 2016, dapat  diinfokannya bahwa pada saat MTQ tingkat Kabupaten di Sungai Guntung di sepakati pemenang 1, 2, dan 3 akan di seleksi kembali untuk mencari yang terbaik untuk mewakili Inhil pada MTQ tingkat Provinsi.

Arifin jelaskan, setelah di seleksi dan di latih sesuai kesepakatan tadi, hampir 60'% dari para juara tersebut tidak memenuhi syarat. Ada yang lewat umu, ada pula yang bukan putra daerah, sehingga ketika pendaftan melalui E_MTQ peserta sebagian besar di tolak.

"Dapat di bayangkan bagaimana pusingnya LPTQ ketika itu," tambahnya. 

Akhirnya, LPTQ berusaha mencari peserta dari putra daerah dengan harapan juga sekiranya panitia konsisten semua daerah/ kabupaten kota mengngunakan putra daerah insya Allah kita juga bisa bersaing.

"Tetapi apa yang terjadi, kekecewaan kita terhadap panitia, sulit kita ungkapkan, dengan kondisi itu menurut kami," ujarnya. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index