Dengan jumlah kebun sekitar delapan hektar, Armefri harus mengeluarkan sekitar Rp 20.600.000 untuk pembelian sekaligus biaya pengantaran pupuk KCL tersebut ke kebun sawit miliknya.
"Boleh saya katakan hasil penjualan TBS sawit aya tak ada yang bisa saya nikmati. Apalagi potongan wajib atas TBS sawit petani juga sangat tinggi di PKS maupun RAM, di atas 3 persen sehingga hasil penjualan tidak maksimal," kata Armefri seperti dimuat infosawit.
Namun ia tidak berpikir panjang untuk menggunakan hasil penjualan TBS sawit itu untuk biaya perawatan kebun sawitnya. Ia sangat yakin kalau badai anjloknya harga TBS sawit ini tidak akan berlangsung dalam waktu yang lama.
Kata Armefri, kalau kebun sawit tidak dirawat maka efeknya akan dirasakan di kemudian hari.
"Nah, saat di kemudian hari harga TBS sudah membaik, giliran kebun sawit yang tak bisa memberikan hasil yang baik karena sempat tak dirawat dengan baik," tegas Armefri.