Wako Dumai Pimpin Upacara Hari Pahlawan

Wako Dumai Pimpin Upacara Hari Pahlawan

HARIANRIAU.CO, DUMAI - Peringati hari Pahlawan yang ke - 71 Tahun 2016 di Kota Dumai ditandai dengan pengibaran Bendera Merah Putih di halaman eks kantor Walikota Jalan HR Soebrantas Dumai Timur, dan dipimping langsung oleh Walikota (Wako) Dumai Drs. H. Zulkifli As. MSi, Kamis (10/11).

Walikota Dumai Zulkifli As pada kesempatan itu menyampaikan amanat Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa yang mengatakan, bahwa setiap tanggal 10 November, Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan sebagai momen reflektif untuk memberi makna atas pengorbanan para pahlawan kusuma bangsa, dengan menyalakan jiwa kepahlawanan dalam perjuangan mengisi kemerdekaan.

Dikatakannya, peringatan Hari Pahlawan didasarkan pada peristiwa "Pertempuran 10 November 1945" di Surabaya, sebagai pertempuran pertama dan terbesar antara pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dengan memakan korban jiwa yang sangat besar.

“ Peristiwa tersebut memberi kita pelajaran moral bahwa warisan terbaik para pahlawan bangsa bukanlah politik ketakutan, melainkan politik harapan. Seberat apapun tantangan yang dihadapi dan keterbatasan yang ada, tidak akan menyurutkan semangat perjuangan” paparnya.

Pengalaman merebut dan mempertahankan kemerdekaan, juga menunjukkan betapa spirit perjuangan dan mental - karakter kepahlawanan memiliki daya hidup yang luar biasa dalam menghadapi berbagai rintangan dan penderitaan. Peringatan Hari Pahlawan harus mampu menggali apinya, bukan abunya.

Dengan meminjam ungkapan Bung Karno, semangat kepahlawanan itu adalah semangat rela berjuang, berjuang mati-matian dengan penuh idealisme dengan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

“ Semangat Kepahlawanan adalah semangat persatuan, persatuan yang bulat-mutlak dengan tiada mengecualikan sesuatu golongan dan lapisan. Semangat Kepahlawanan adalah semangat membentuk dan membangun negara,” sebutnya.

Menurut Zul As, setiap zaman memiliki tantangannya tersendiri. Oleh karena itu, setiap zaman harus mengembangkan respon kepahlawanan yang sesuai dengan zamannya. Setelah Indonesia merebut kemerdekaannya, semangat kepahlawanan tidak cukup hanya dengan mempertahankan patriotisme defensif, tetapi butuh patriotisme yang lebih positif dan progresif. Patriotisme sejati bukan sekadar mempertahankan melainkan juga memperbaiki keadaan negeri. Untuk keluar dari berbagai persoalan bangsa hari ini, patriotisme progresif dituntut menghadirkan kemandirian bangsa tanpa terperosok pada sikap anti-asing.

Dalam rangka mencapai perikehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, patriotisme progresif harus mengembangkan ketahanan bangsa untuk bisa mandiri dalam ekonomi, berdaulat dalam bidang politik dan berkepribadian dalam kebudayaan. Sejalan dengan orientasi Trisakti, Pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden H.M. Jusuf Kalla hadir dengan menawarkan visi transformatif, yakni terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong.

Dalam kerangka mewujudkan visi tersebut terah dirumuskan sembilan agenda prioritas pemerintahan ke depan yang disebut NAWA CITA. Kesembilan agenda prioritas itu bisa dikategorisasikan ke dafam tiga ranah; ranah mental-kultural, ranah material (ekonomi) dan ranah politik. Pada ketiga ranah tersebut, Pemerintah saat ini berusaha melakukan berbagai perubahan secara aksereratif, berlandaskan prinsip-prinsip pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Ketiga ranah pembangunan tersebut bisa dibedakan tapi tak dapat dipisahkan. Satu sama lain saling memerlukan pertautan secara sinergis. Perubahan mental-kultural memerlukan dukungan politik dan material berupa politik kebudayaan dan ekonomi budaya. Sebaliknya perubahan politik memerlukan dukungan budaya dan material berupa budaya demokrasi dan ekonomi politik. Begitupun perubahan material memerlukan dukungan budaya dan politik berupa budaya ekonomi dan politik ekonomi.

Dalam amanat Presiden pada ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1956, setahun setelah Pemilihan Umum pertama tahun 1955, Bung Karno menjelaskan tiga fase revolusi bangsa. Dua fase telah dilalui dengan berhasil, dan satu fase lagi menghadang sebagai tantangan.

Indonesia telah melewati taraf physical revolution dan taraf survival. Lantas Bung Karno tandaskan, sekarang kita berada pada taraf investment, yaitu taraf menanamkan modal-modal dalam arti yang seluas-luasnya, investment of human skill, material investment, dan mental investment.

Dalam pandangannya, investasi keterampilan dan material amat penting. Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah investasi mental. Investasi keterampilan dan material tidak bisa menjadi dasar persatuan dan kemakmuran bersama tanpa didasari investasi mental. Tanpa kekayaan mental, upaya-upaya pemupukan keterampilan dan material hanya akan melanggengkan perbudakan.

"Bung Karno mengingatkan, kelemahan jiwa kita ialah, kita kurang percaya kepada diri kita sendiri sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar-negeri, kurang percaya-mempercayai satu sama lain, padahal kita ini pada asalnya ialah rakyat gotong-royong, kurang berjiwa gigih melainkan terlalu lekas mau enak dan cari gampangnya saja. Dan itu semua, karena makin menipisnya rasa harkat nasional, makin menipisnya rasa national dignity, makin menipisnya rasa bangga dan rasa-hormat terhadap kemampuan dan kepribadian bangsa dan rakyat sendiri," tutur Zul As.

Dikatakan Zul As lagi, gerakan revolusi mental diharapkan bisa mendorong gerakan hidup baru, dalam bentuk perombakan cara berfikir, cara kerja, cara hidup, yang merintangi kemajuan, dan peningkatan dan pembangunan cara berfikir, cara kerja, dan cara hidup yang baik.

"Singkat kata, gerakan hidup baru adalah gerakan revolusi mental. Untuk menggembleng manusia Indonesia ini menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat Elang Rajawali berjiwa api yang menyala-nyala. Itulah jiwa patriotisme progresif yang harus kita kobarkan dalam menghadapi tantangan dan persoalan pembangunan hari ini,"sebutnya.

Dijelaskan Walikota. tantangan dan persoalan yang kita hadapi saat ini memang berat. Akan tetapi, tidak boleh putus pengharapan. Para Pahlawan Kusuma Bangsa mengajarkan pada kita arti penting perjuangan, ketabahan dan harapan. Bahwa barang siapa yang ingin memiliki mutiara harus kuat menahan nafas, dan berani terjun menyelami samudera yang sedalam-dalamnya.

"Melalui momentum Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2016, kita dapat mengambil makna yang terkandung di dalamnya dengan meneladani nilai-nilai luhur yang diwariskan kepada kita semua seperti Taqwa kepada Tuhan YME, pantang menyerah, jujur dan adil, percaya kepada kemampuan sendiri serta kerja keras untuk membangun Indonesia yang sejahtera sebagaimana cita-cita para Pahlawan Bangsa,"harapnya.

Walikota Dumai mengajak, dengan suatu tekad dan ketulusan untuk bersama-sama saling bahu-membahu dan dilandasi oleh makna dan nilai integritas, etos kerja dan gotong royong, maka saya yakin bangsa Indonesia dapat mengatasi berbagai permasalahan yang melanda, dan dapat menjadi bangsa pemenang dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Hal ini sejalan dengan Tema Hari Pahlawan 2016, yaitu ' Satukan Langkah Untuk Negeri '.

"Tema ini juga mengandung pesan kepada kita semua untuk bersatu dalam kebersamaan dan kebersamaan dalam persatuan untuk mewujudkan cita-cita negeri yang kita cintai ini.,"tambahnya.

Selain itu melalui peringatan Hari Pahlawan 2016, sebagai bangsa yang besar, bangsa yang harus menghargai jasa para pahlawannya, peringatan hari pahlawan diharapkan pula dapat lebih membangkitkan semangat kebangsaan, menumbuhkembangkan Nilai-nilai Kepahlawanan serta meningkatkan kecintaan kepada tanah air kita dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Terakhir, Walikota Dumai mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk terus berjuang, bekerja, berkarya menjadi pahlawan bagi diri sendiri, pahlawan bagi lingkungan, pahlawan bagi masyarakat maupun pahlawan bagi negeri ini.

Turut mengikuti upacara Hari Pahlawan, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Dumai Drs. H. Said Mustafa, MSi, Asisten III, H. Mustafa Kadir, Kapolres Dumai AKBP. DH. Ginting, Danlanal Dumai, Dandim 0320 Dumai. Dansat Radar Dumai, Kejaksaan Negeri Dumai, Ketua KPU Dumai, Pimpinan SKPD dilingkungan Kota Dumai, Camat dan Lurah se-Kota Dumai. Selain itu, hadir juga sejumlah pimpinan Ormas, OKP, Veteran, Deputi GM Pelindo I Dumai serta undangan lainnya. Sementata peserta upacara diikuti aparat TNI/Polri, Satpol PP, PNS, Ormas/OKP, perwakilan mahasiswa dan pelajar se Kota Dumai.

 

 

Sumber : faktariau.com

Halaman :

Berita Lainnya

Index