Penurunan Kasus Stunting di Kecamatan Batang Tuaka Mengalami Tren Positif

Penurunan Kasus Stunting di Kecamatan Batang Tuaka Mengalami Tren Positif

HARIANRIAU.CO - Kecamatan Batang Tuaka berhasil mencatatkan penurunan angka kasus stunting yang signifikan dari tahun 2022 hingga 2024. Berdasarkan data yang dirilis oleh Puskesmas Sungai Piring, terjadi penurunan jumlah kasus stunting dari 38 kasus pada tahun 2022 menjadi 14 kasus pada tahun 2024. Upaya kolaboratif antara pemerintah daerah, tenaga kesehatan, serta masyarakat telah berhasil membawa perubahan positif dalam mengatasi masalah gizi kronis ini.

Stunting merupakan masalah serius yang terjadi akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Di wilayah kerja Puskesmas Sungai Piring, beberapa desa seperti Sungai Dusun, Gemilang Jaya, dan Sialang Jaya menunjukkan penurunan kasus yang signifikan. Desa Sungai Dusun berhasil menurunkan kasus stunting dari 8 kasus pada tahun 2022 menjadi hanya 3 kasus pada tahun 2024. Namun, beberapa desa seperti Kelurahan Sungai Piring dan Desa Sungai Rawa masih mengalami fluktuasi, dengan sedikit peningkatan kasus pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.

Wilayah Puskesmas Sungai Raya juga mencatat peningkatan kasus di beberapa desa, seperti Desa Sungai Raya dan Desa Junjangan. Meski begitu, ada juga desa-desa yang berhasil menurunkan angka stunting, seperti Desa Tanjung Siantar dan Kuala Sebatu.

Faktor-faktor Penyebab Stunting

Penurunan angka stunting di Kecamatan Batang Tuaka tak lepas dari identifikasi faktor-faktor penyebab utama. Beberapa faktor determinan yang mempengaruhi kejadian stunting di wilayah tersebut antara lain:

    1.    Kurangnya Imunisasi Dasar Lengkap: Hanya 21,5% balita mendapatkan imunisasi dasar lengkap, sehingga mereka lebih rentan terkena penyakit yang mempengaruhi gizi dan pertumbuhan.
    2.    Paparan Asap Rokok: Sebanyak 86% balita stunting terpapar asap rokok, yang sebagian besar berasal dari anggota keluarga yang merokok di rumah.
    3.    Tingkat Pendidikan Rendah: Sebesar 87,8% orang tua balita memiliki pendidikan rendah, yang berdampak pada kurangnya pemahaman tentang pentingnya gizi dan pola asuh yang baik.
    4.    Kekurangan MP-ASI yang Mengandung Protein Hewani: Sebanyak 85% balita stunting tidak menerima MP-ASI yang memadai, terutama yang mengandung protein hewani.
    5.    Keterbatasan Akses Sanitasi dan Air Bersih: Sebanyak 80% rumah balita stunting tidak memiliki jamban sehat, dan 78,5% balita tidak memiliki akses air bersih.

Upaya Perbaikan

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Puskesmas Sungai Piring untuk menurunkan angka stunting, di antaranya:

    •    Penyuluhan ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
    •    Kegiatan audit stunting serta rujukan balita ke rumah sakit daerah.
    •    Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis pangan lokal kepada ibu hamil berisiko dan balita bermasalah gizi.
    •    Inovasi Program Gerakan Nikah Sehat (GANISA), yang melibatkan kerjasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) setempat untuk penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan calon pengantin.

Upaya ini diharapkan dapat terus menekan angka stunting di Kecamatan Batang Tuaka, sehingga tercipta generasi masa depan yang lebih sehat dan produktif. Adv

Halaman :

#Dinas Kesehatan Inhil

Index

Berita Lainnya

Index