Tren Penurunan Kasus Stunting di Kecamatan Enok dari 2022 hingga 2024

Tren Penurunan Kasus Stunting di Kecamatan Enok dari 2022 hingga 2024

HARIANRIAU.CO - Kecamatan Enok mencatatkan tren penurunan kasus stunting dari tahun 2022 hingga 2024, meskipun beberapa desa sempat mengalami peningkatan sementara sebelum akhirnya menurun. Berdasarkan data dari Puskesmas setempat, desa-desa seperti Suhada dan Sungai Ambat menunjukkan penurunan kasus stunting yang signifikan. Desa Sungai Rukam, misalnya, mengalami penurunan drastis dari 4 kasus pada tahun 2022 menjadi hanya 1 kasus pada tahun 2023 dan 2024. Meskipun demikian, Desa Pusaran mencatatkan sedikit peningkatan pada tahun 2024, dengan kasus stunting yang kembali naik menjadi 5 setelah sebelumnya turun menjadi 1 pada tahun 2023.

Secara umum, sebagian besar desa di Kecamatan Enok menunjukkan tren penurunan kasus stunting selama tiga tahun terakhir, meskipun ada beberapa desa yang mengalami fluktuasi. Upaya yang dilakukan pemerintah setempat telah membawa hasil yang cukup baik dalam menurunkan angka stunting di wilayah tersebut.

Faktor Penyebab Stunting di Kecamatan Enok

Berdasarkan analisis faktor risiko, terdapat beberapa faktor determinan yang mempengaruhi kasus stunting di Kecamatan Enok:

    1.    Rendahnya Pendidikan Ayah: Seluruh balita stunting di Kecamatan Enok memiliki ayah dengan tingkat pendidikan rendah, mencapai 100% dari total sasaran, menjadikannya salah satu penyebab signifikan.
    2.    Rendahnya Pendidikan Ibu: Sebanyak 92,31% ibu balita stunting memiliki pendidikan rendah, yang berdampak langsung pada pemahaman mereka tentang nutrisi dan pola asuh.
    3.    Paparan Asap Rokok: Sebanyak 61,54% balita stunting terpapar asap rokok, yang dapat memengaruhi kesehatan pernapasan dan memperburuk kondisi gizi anak.
    4.    Tidak Pemberian ASI Eksklusif: Sebanyak 69,23% balita tidak mendapatkan ASI eksklusif, yang merupakan salah satu penyebab kurangnya asupan gizi optimal pada anak.
    5.    Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang Tidak Memadai: Sekitar 38,46% balita stunting menerima MP-ASI yang tidak sesuai, yang berpengaruh pada status gizi anak.
    6.    Keterbatasan Akses terhadap Air Bersih dan Sanitasi: Hanya 15-30% dari total sasaran memiliki akses terhadap air bersih, jamban sehat, dan praktik cuci tangan yang memadai, yang meningkatkan risiko stunting akibat kondisi lingkungan yang tidak higienis.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Stunting

Untuk menekan angka stunting di Kecamatan Enok, beberapa langkah telah dilakukan, termasuk:

    •    Edukasi kepada ayah mengenai bahaya asap rokok terhadap kesehatan anak dan anggota keluarga lainnya. Upaya ini dilakukan melalui pemasangan poster kawasan tanpa rokok di sekolah, posyandu, dan tempat umum.
    •    Penyuluhan ASI Eksklusif kepada ibu hamil dan ibu balita, yang dilakukan dua kali setahun dalam kerjasama dengan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
    •    Advokasi lintas sektor untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat, serta penyuluhan tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan fokus pada pengolahan air minum yang aman.

Upaya-upaya ini diharapkan dapat terus menekan angka stunting di Kecamatan Enok, sekaligus meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak di wilayah tersebut. Adv

Halaman :

#Dinas Kesehatan Inhil

Index

Berita Lainnya

Index