HARIANRIAU.CO – Stunting, yang merupakan masalah gizi kronis pada balita, terus menjadi perhatian serius di Indonesia. Masalah ini muncul akibat asupan gizi yang tidak mencukupi selama masa kehamilan dan usia balita, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kurangnya akses layanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih. Dampak jangka panjang stunting terhadap kemampuan kognitif dan pertumbuhan anak menjadikannya ancaman bagi kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Dalam upaya menurunkan angka stunting, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir telah melakukan berbagai intervensi. Salah satu langkah signifikan yang diambil pada tahun 2024 adalah penetapan 26 desa/kelurahan sebagai lokus intervensi spesifik dan sensitif stunting. Desa Harapan Makmur merupakan salah satu desa yang menjadi fokus utama untuk penurunan angka stunting.
Berdasarkan data terbaru, terjadi penurunan prevalensi stunting di Desa Harapan Makmur, dari 0,127% pada tahun 2023 menjadi 0,126% pada tahun 2024. Meskipun jumlah balita stunting di desa ini masih bertahan pada 1 orang—balita yang sama sejak tahun 2023—upaya untuk menurunkan angka stunting terus dilakukan melalui berbagai program perbaikan gizi di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Program-program yang dilaksanakan termasuk pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil dan remaja putri, pendampingan pemberian makanan tambahan untuk bayi dan balita, pemberian Vitamin A, serta sosialisasi mengenai pentingnya Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal bagi balita dengan gizi kurang dan ibu hamil dengan kondisi KEK (Kurang Energi Kronis). Selain itu, pemantauan tumbuh kembang anak dan program peningkatan sanitasi serta akses air bersih juga terus dilakukan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir melalui UPT. Puskesmas Sungai Iliran telah melakukan intervensi khusus, termasuk merujuk balita stunting di Desa Harapan Makmur ke dokter spesialis anak. Kolaborasi antara tenaga gizi dan bidan desa juga dilakukan untuk memastikan pemantauan dan penanganan yang optimal bagi balita stunting tersebut.
**Faktor Penyebab Stunting yang Perlu Perhatian**
Analisis data menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti asupan gizi yang kurang memadai, ASI eksklusif, dan kondisi lingkungan rumah berperan besar dalam terjadinya stunting. Faktor lain yang mempengaruhi meliputi kesehatan ibu sebelum dan setelah kehamilan, penyakit infeksi, serta pendidikan dan kesehatan mental ibu. Beberapa wilayah di Indragiri Hilir juga menghadapi tantangan akses air bersih dan sanitasi, yang menjadi salah satu penyebab tingginya kasus stunting.
**Upaya Penanganan dan Pencegahan Stunting**
Berbagai langkah telah diambil oleh Puskesmas dan lintas sektor di Desa Harapan Makmur, termasuk penyuluhan pentingnya konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil, serta pemberian Vitamin A dan penyuluhan ASI eksklusif. Selain itu, intervensi kesehatan reproduksi telah dilakukan, meskipun masih ada remaja putri yang enggan mengonsumsi TTD secara teratur.
Program pemberian makanan tambahan (PMT) kepada balita dengan gizi buruk dan ibu hamil KEK juga telah membuahkan hasil yang positif dalam menekan angka stunting dan mencegah kasus gizi buruk serta berat badan lahir rendah (BBLR).
Dengan terus dilakukan penguatan program intervensi stunting, diharapkan angka stunting di Desa Harapan Makmur dan Kabupaten Indragiri Hilir dapat semakin menurun di masa mendatang, sehingga kualitas hidup anak-anak di daerah ini dapat lebih terjamin. (Adv)

