HARIANRIAU.CO - Stunting masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, berpotensi mengganggu perkembangan fisik dan kognitif anak.
Masalah ini diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis, yang mulai terjadi sejak kehamilan hingga usia dua tahun, yang dikenal sebagai 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting dapat menghambat perkembangan otak, yang berdampak negatif pada kinerja jangka panjang anak.
Pemerintah dan masyarakat perlu memberi perhatian lebih pada periode kritis 1.000 HPK ini, mengingat dampaknya terhadap pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas di masa depan.
Tindakan pencegahan yang efektif harus dilakukan pada fase ini, melibatkan kerjasama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Pada tahun 2021, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah melaksanakan rembuk stunting dan menetapkan lokasi fokus (lokus) di 40 desa/kelurahan untuk penanganan masalah ini. Kegiatan ini akan berlanjut hingga tahun 2024.
Dari data yang diperoleh, terdapat penurunan persentase balita stunting di Kecamatan Keritang, dari 0,7% pada tahun 2022 dan 2023 menjadi 0,2% pada tahun 2024. Namun, ada satu desa, yaitu Desa Nusantara Jaya, yang mengalami peningkatan kasus stunting, dari 0 kasus pada tahun 2022 menjadi 2 kasus pada tahun 2024. Meskipun sebagian besar desa menunjukkan penurunan, upaya penanggulangan masih perlu ditingkatkan.
Berbagai langkah telah diambil di Kecamatan Keritang untuk menurunkan angka stunting, termasuk:
1. Sosialisasi ASI eksklusif di kelas Ibu Hamil.
2. Kegiatan kelas ibu balita.
3. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil.
4. Kunjungan rumah untuk memantau gizi balita dan sanitasi.
5. Pemberian vitamin A dan obat cacing pada balita.
6. Kelas edukasi ibu balita (KERUDUNG ASIK).
7. Sosialisasi pemberian makanan tambahan pada balita.
8. Kelas Edukasi Ibu Balita “MARI PERGI STUNTING”.
Namun, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Faktor lingkungan, seperti sulitnya akses air bersih dan sanitasi, juga berkontribusi terhadap masalah ini. Selain itu, tingkat pemberian ASI eksklusif yang rendah dan adanya pernikahan dini perlu ditangani untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan mencegah stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Indragiri Hilir, Rahmi Indrasuri, SKM, MKLmengharapkan dukungan dari berbagai sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya kasus balita stunting. Kerjasama dan partisipasi aktif dari pemerintah desa/kelurahan sangat penting untuk mewujudkan upaya pencegahan dan penanggulangan stunting yang terintegrasi. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan Indonesia dapat mengatasi masalah stunting dan memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. (adv)