HARIANRIAU.CO - Hasil analisis data pengukuran stunting di Kelurahan Bandar Sri Gemilang menunjukkan penurunan angka prevalensi stunting yang cukup signifikan. Pada tahun 2023, angka prevalensi stunting mencapai 9%, sedangkan pada tahun 2024, angka ini turun menjadi 7,6%.
Penurunan tersebut merupakan hasil dari upaya berbagai program yang difokuskan pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir.
Menurut Rahmi Indrasuri, SKM, MKL, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir, meskipun ada penurunan angka prevalensi, faktor-faktor yang mempengaruhi stunting masih membutuhkan perhatian lebih serius.
Beberapa faktor tersebut meliputi kurangnya asupan makanan bergizi bagi ibu hamil dan anak-anak, serta pola menyusui yang belum optimal. Selain itu, kondisi lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung, seperti kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang memadai, juga turut menjadi penyebab terjadinya masalah gizi.
Kesehatan ibu selama masa pra-kehamilan hingga menyusui juga berperan penting. Masih ditemukan kasus ibu yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK) serta anak-anak yang tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup bergizi.
Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat juga memerlukan peningkatan. Upaya intervensi seperti pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil, sosialisasi pemberian ASI eksklusif, serta penyediaan air bersih dan sanitasi yang memadai terus dilakukan sebagai langkah pencegahan stunting di Kelurahan Bandar Sri Gemilang.
Meskipun masih ada tantangan, penurunan angka prevalensi stunting di kelurahan ini memberikan harapan bahwa dengan intervensi yang tepat, angka stunting dapat terus ditekan.
Pemerintah daerah bersama dinas kesehatan setempat berkomitmen untuk terus meningkatkan program-program pencegahan stunting guna memastikan kualitas hidup anak-anak di masa mendatang dapat lebih baik. Adv