HARIANRIAU.CO - Kepala Dinas Kesehatan Indragiri Hilir, Rahmi Indrasuri, SKM, MKL, menyoroti penanganan stunting di Kecamatan Tembilahan yang menunjukkan tren fluktuatif dari tahun 2022 hingga 2024. Data dari e-PPGBM mencatat peningkatan prevalensi stunting dari 41 kasus pada tahun 2022 menjadi 89 kasus pada 2023. Meski terjadi penurunan kecil menjadi 87 kasus pada tahun 2024, angka tersebut masih jauh dari target yang diharapkan.
“Penanganan stunting di Tembilahan masih menghadapi banyak tantangan. Walaupun ada penurunan kasus, kita masih perlu memperkuat langkah-langkah penanganan secara komprehensif dan berkelanjutan,” ungkap Rahmi. Salah satu tantangan terbesar adalah tingginya persentase anak stunting yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Sebanyak 72% dari total kasus stunting di wilayah ini tidak menerima imunisasi dasar yang lengkap, mengakibatkan mereka lebih rentan terhadap penyakit yang bisa memperburuk kondisi stunting.
Faktor Penentu yang Memperburuk Stunting
Rahmi juga menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya angka stunting di wilayah Tembilahan. Selain imunisasi yang tidak lengkap, sebanyak 63,2% anak stunting terpapar asap rokok dari lingkungan rumah. “Paparan asap rokok ini menjadi salah satu pemicu utama yang memperparah kondisi stunting, karena mengganggu sistem pernapasan dan menurunkan daya tahan tubuh anak,” ujarnya.
Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga menjadi faktor signifikan. Sebanyak 47% ayah dan 46% ibu dari anak-anak stunting memiliki pendidikan rendah, yang berdampak pada minimnya pengetahuan tentang pola asuh yang baik dan pentingnya asupan gizi seimbang.
Upaya dan Inovasi
Dinas Kesehatan Tembilahan telah melakukan berbagai intervensi untuk menekan angka stunting, termasuk penyuluhan ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini (IMD), dan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil. Beberapa inovasi juga dilakukan oleh Puskesmas, seperti program “Kecap Manis” yang memberikan layanan bagi calon pengantin dan “Rupiah Gizi” yang bertujuan memulihkan gizi balita.
Namun, Rahmi menekankan pentingnya kolaborasi yang lebih kuat antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. “Kita butuh lebih banyak edukasi kepada masyarakat tentang bahaya stunting dan pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Perluasan akses terhadap air bersih dan sanitasi juga harus menjadi prioritas untuk menurunkan prevalensi stunting di tahun-tahun mendatang,” tegasnya.
Dari laporan yang ada, sebanyak 13,7% anak stunting di Tembilahan tinggal di rumah tanpa jamban sehat, dan 13% lainnya memiliki akses terbatas terhadap air bersih. Rahmi menggarisbawahi bahwa perbaikan sanitasi dan akses air bersih akan memberikan dampak signifikan pada penurunan stunting.
Meski demikian, Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir optimistis bahwa melalui upaya bersama dan peningkatan intervensi, angka stunting di Kecamatan Tembilahan dapat ditekan lebih signifikan di masa mendatang. “Kami akan terus bekerja keras dan berinovasi untuk memastikan setiap anak di Tembilahan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh sehat dan kuat,” pungkas Rahmi. (Adv)