Kopi Liberika Meranti Masih Sulit Didapatkan Di Pekanbaru

Kopi Liberika Meranti Masih Sulit Didapatkan Di Pekanbaru

HARIARIAU.CO, PEKANBARU - Harumnya varietas kopi jenis liberika dari Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, ternyata hingga kini belum mampu menjadi tuan di Pekanbaru

"Kita sebagai penikmat kopi, cukup kesulitan untuk dapatkan liberika Meranti, walau tinggal di ibu kota Provinsi Riau," ucap Azhari (37), penikmat kopi ketika berjumpa di Atjeh Kupi, Jalan Paus Ujung, Pekanbaru, Selasa.

Menurutnya, tidak mudah baik di warung-warung, kedai-kedai, atau bahkan cafe-cafe di "Kota Bertuah", julukan lain Pekanbaru menawarkan kopi liberika Meranti yang di tanam petani secara organik.

Padahal, ia mengklaim, di negeri jiran Malaysia seperti Batu Pahat, wilayah distrik bagian barat Johor cukup terkenal kopi Meranti karena asal-muasalnya dari negara itu.

"Kita juga dapat informasi, bahwa kopi Meranti diolah salah satu perusahaan di sana (Malaysia) dengan berbagai negara tujuan ekspor," katanya.

Azhari mengaku, secara umum mayoritas pemasaran kopi di daerah tersebut masih dikuasai oleh jenis robusta, dibandingkan dengan kopi arabika.

"Disini yang pengang sekarang adalah robusta dari Sumatera Barat, Aceh, dan sebagian lagi Jawa. Tapi kalau jenis arabika, masih kopi Takengon, Aceh Tengah," terang dia.

"Cuma arabika dari Tekengon peminatnya masih sedikit di Pekanbaru, dan lebih sedikit lagi liberika Meranti karena sulit dapatkan," tuturnya.

Romadani, penampung kopi liberika di Meranti menyebut, Malaysia lebih meminati varietas kopi jenis tersebut dibandingkan dengan pasar di dalam negeri sendiri.

Dia mengaku, dapat mengumpulkan kopi liberika pada satu desa di Kecamatan Rangsang Barat, Meranti berkisar antara lima sampai 10 ton dalam setiap bulan.

Namun pemasaran liberika Meranti baru sentuh pasar di Sumatera dan Jawa dengan rata-rata baru mampu menghabiskan sekitar 20 kilogram per bulan dari pihaknya.

"Mayoritas kopi ini, harus kami dilempar ke Malaysia melalui pedangang lain (rantai eksportir). Kami harus rela dapatkan keuntugan sangat kecil sekali, karena peminat di dalam negeri masih sedikit," ucapnya.

Kabid Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kepulauan Meranti, Suparna mengaku, saat ini luasan kebun kopi di daerah itu cuma tinggal 570 hektare karena mati terendam banjir pasang.

Data pihaknya tahun 2014 menyebut, abrasi dan intrusi air laut telah sebabkan kebun tanaman kopi menjadi mati 135 hektare atau 11,5 persen di Desa Kedabu Rapat 1.175 hektare, terutama di bagian terluar tiga pulau total 1.956 hektare.

"Saat ini memang, total luasan kebun kopi milik petani di Meranti jauh berkurang. Akibat, banjir pasang dari intrusi air laut," sebutnya. (Antarariau)

Halaman :

Berita Lainnya

Index