Dolar Masih Di Level Tertinggi, Rupiah Kembali Melemah

Dolar Masih Di Level Tertinggi, Rupiah Kembali Melemah

HARIANRIAU.CO, JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali melemah pada perdagangan Rabu (21/12/2016) pagi, meski indeks dolar kembali merosot meski masih berada di level tertinggi dalam 14 tahun.

Kurs Garuda di pasar spot dibuka turun sangat tipis 0,01% atau 2 poin ke 13.440/dolar AS dari penutupan Selasa yang berada di 13.438/dolar AS.

Rupiah lalu melaju di zona merah dengan kecenderungan terus melemah, dan pada pukul 10:06 WIB rupiah terpantau berada di 13.456 karena terkoreksi 0,13% atau 18 poin.

Sebelumnya, pada penutupan Selasa, rupiah jatuh 0,37% atau 49 poin.

Bloomberg Dollar Spot Index yang mengukur greenback terhadap 10 mata uang global, di antaranya euro, yen, dolar Australia, poundsterling dan won Korea, dibuka jatuh 0,04% ke 103,250 dari penutupan sesi sebelumnya yang berada di 103,290.

Indeks sempat berbalik menguat dengan menyentuh 103,380 sekitar pukul 08:00 WIB, namun setelah itu jatuh lagi ke zona merah dan bahan menyelam makin dalam.

Pada pukul 10:01 WIB, indeks terpantau berada di 103,090 karena terkoreksi 0,19%.

“Dolar AS “berkemah” di dekat level tertingginya dalam 14 tahun, Rabu (21/12/2016), karena yield global terus merangkak naik tanpa dapat dielakkan, sementara yen jatuh dan mendongkrak saham Jepang ke level teratas dalam satu tahun,” ujar Reuters.

Indeks dolar yang mengukur pergerakan greenback terhadap enam mata uang yang menjadi rival utamanya (DXY), pagi ini sempat berada di level 103,260 setelah menyentuh 103,65, tertinggi sejak Desember 2002.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta memprediksi, hari ini rupiah masih akan tertekan terkena imbas situasi global.

Ia memaparkan, dolar AS menguat hingga dini hari tadi walaupun hanya tipis. Penguatan tersebut diikuti oleh kenaikan imbal hasil US Treasury yang sebelumnya sempat turun.

Dia menilai, kenaikan dollar index terutama dipicu oleh pelemahan tajam yen yang merespon kebijakan bank sentral Jepang (BoJ) yang masih cukup dovish walaupun lebih optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi ke depan. Di sisi lain, harga minyak mentah masih menguat, sehingga menjaga ekspektasi inflasi global tetap tinggi.

Para Selasa, rupiah kembali melemah walaupun aliran keluar dana asing sedikit mereda.

Sejak awal Desember 2016, sekitar US$417 juta keluar dari pasar saham Indonesia.

“Prospek rupiah dalam jangka pendek masih akan tertekan oleh situasi global, tetapi konsistensi kenaikan harga komoditas bisa menjaga tren penguatannya,” kata Rangga dalam riset yang dikutip Bisnis.

Pada sisi lain, Presiden Jokowi yang tidak ingin melepas harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik ke harga pasar, bisa menahan inflasi tetapi bisa memberatkan anggaran ke depan. (Citraindonesia)

Halaman :

Berita Lainnya

Index