Politik Pecah Belah dan Adu Domba PT RAPP Melalui Program CD di Desa Bagan Melibur

Politik Pecah Belah dan Adu Domba PT RAPP Melalui Program CD di Desa Bagan Melibur

HARIANRIAU.CO, MERANTI - Tepatnya pada hari Kamis, 22 Desember 2016 kemarin di Desa Bagan Melibur Kecamatan Merbau Pulau Padang, Kabupaten Kepulauan Meranti-Riau sedikit terusik dengan kegaduhan di masyarakat yang kaget karena ada puluhan oknum karyawan PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Pulau Padang bersama beberapa warga tiba-tiba memasang pagar di pemakaman tua nenek moyang masyarakat Desa Bagan Melibur tepatnya terletak di wilayah Hulu Asam Kelurahan Teluk Belitung.

Informasi dari salah seorang tokoh masyarakat Desa Bagan Melibur, Sumarjan. Ia menuturkan bahwa pagi hari kamis kemarin itu kami terkejut juga ketika mendapat informasi bahwa ada kegiatan oknum pihak PT. RAPP dengan beberapa warga yang memasang pagar kuburan, kejadian itu kami perjelas ketika utusan masyarakat mendatangi lokasi pemakaman tersebut, ada puluhan karyawan RAPP yang sedang bekerja memotong kayu untuk pagar, terlihat juga ada yang memaku dan menancapkan tiang pagar, selain itu ada beberapa warga, ketika ditanya mereka mengatakan sedang memasang pagar kuburan dengan bantuan dana dari PT. RAPP.

“Mendengar informasi itu bantuan dari RAPP kami meminta diadakan rapat di kantor Desa kepada Kepala Desa Bagan Melibur, karena ada kesepakatan sebelumnya oleh seluruh masyarakat Desa Bagan Melibur untuk tidak menerima bantuan dari RAPP apa lagi berbentuk uang, karena RAPP berkonflik dengan masyarakat tentang batas wilayah desa dan kebun masyarakat yang diduga diserobot oleh pihak PT RAPP, konflik itu sedang dalam proses Tim Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, karena hingga kini belum selesai penyelesaian konfliknya," tambah Sumarjan melalui rilis persnya kepada Media ini.

Selain itu, ditambah lagi salah seorang warga Bagan Melibur, Maridi yang mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat yang sempat ikut kegiatan perusahaan diperkuburan itu tidak mengetahui bahwa itu ada bantuan dari RAPP, mereka tahunya gotong royong masyarakat, setelah mengetahui itu ada uangnya dari RAPP mereka pulang tidak mau ikut lagi.



"Pihak PT. RAPP tidak boleh melakukan kegiatan apapun didesa kami, kan perusahaan ini sedang dihentikan oprasionalnya oleh pemerintah, faktanya dilapangan mereka tetap menanam akasia, memasang patok patok dikebun masyarakat dan juga menjalankan kegiatan yang mereka sebut program Community Development (CD), hal seperti ini mengadu domba dan membuat masyarakat terpecah belah, hubungan silaturahmi jadi tak bagus, yang masyarakat inginkan itu bukan program-program seperti bantuan ini, yang diinginkan adalah konflik dengan RAPP ini selesai secepatnya, kebun-kebun kami yang sudah banyak dirampas dan dihancurkan itu dikembalikan” pungkas Maridi tegas.

Menaggapi hal ini, Kepala Desa (Kades) Bagan Melibur, Drs. Komari didalam forum rapat desa bersama masyarakat dan tokoh-tokoh agama serta pemuda desa Bagan Melibur menyampaikan, bahwa saya tidak pernah mengizinkan dan menanda tangani proposal bantuan seperti itu dari PT RAPP, dan untuk menyelesaikan masalah ini kita adakan rapat desa.

Dari hasil rapat desa yang diadakan untuk menyikapi persoalan kegiatan PT RAPP di Desa Bagan Melibur itu, tampak juga dihadiri oleh BPD, LKMD, Tokoh Masyarakat, sejumlah RT, Kepala Dusun, dan pemuda desa Bagan Melibur.

Alhasil, disepakati secara bersama untuk tetap melanjutkan pembersihan dan pemagaran pemakaman dengan bergotong royong masyarakat, menolak segala bentuk bantuan dari RAPP dan uang dari RAPP yang sudah terlanjur diterima oleh oknum warga sebesar RP.10.400.000,- itu dikembalikan ke PT RAPP, dan hasil rapat desa saat ini telah tertuang di dalam berita acara rapat Desa. (Wahanariau)

Halaman :

Berita Lainnya

Index