HARIANRIAU.CO INHIL - Hingga saat ini, jumlah bayi penderita gizi buruk yang telah ditemukan dan terdata di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) mencapai sebanyak 60 orang.
Jumlah tersebut tersebar di sejumlah kecamatan yang ada di Negeri Seribu Parit dan telah dilakukan penanganan serta perawatan yang intensif oleh tim medis atau tenaga kesehatan setempat.
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Inhil, H Zainal Arifin Mkes melalui Kasi KIA, KB dan Gizi, Siti Munziarni menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap seluruh Puskesmas, untuk mengetahui apakah tenaga kesehatan sudah melakukan penanganan dan perawatab yang sesuai dengan standar penatalaksanaan gizi buruk.
"Pemantauan ini melibatkan seluruh aparatur di UPT Puskesmas, Pengelola Program Gizi, TP PKK, perangkat desa dan kader Posyandu setempat," tutur Siti Munziarni usai melakukan pemantauan terhadap seorang bayi yang menderita gizi buruk di wilayah UPT Puskesmas Tanah Merah, kemarin.
Dijelaskan perempuan berjilbab yang akrab disapa Imun ini, munculnya kasus gizi buruk dikarenakan kurangnya pemahaman para orang tua, khususnya kaum ibu tentang kesehatan anak.
Oleh karena itu, diberikan konseling kepada ibu si bayi agar membawa bayinya setiap bulan ke Posyandu, dengan meminta bantuan kepada Ketua TP PKK setempat untuk mengajak dan mengingatkan ibu agar rutin membawa bayi ke Posyandu setiap bulannya.
Selanjutnya, kepada Ketua TP PKK Tanah Merah juga diharapkan, untuk segera mengaktifkan Dasa Wisma guna mengetahui anggota keluarga yanh membutuhkan pelayanan kesehatan, serta mengaktifkan Posyandu agar semua balita dan ibu hamil dapat dipantau kesehatannya.
"Aktikan juga keberadaan Lembaga PAUD di daerahnya masing-masing, untuk memantau tumbuh kembang balita," tambahnya.
Sementara itu, penyebab lain munculnya kasus gizi buruk di wilayah UPT Puskesmas Tanah Merah ini adalah disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga.
"Jadi, diharapkan kepada Ketua TP PKK bersama masyarakat, untuk mencari solusi dan jalan keluarnya. Jika tidak, maka bisa saja berat badan bayi yang sudah mulai meningkat akan kembali menjadi gizi buruk," imbuhnya. (Aby)

