Nasib Dukun Cilik si Ponari Kini Menyedihkan

Jumat, 29 April 2016 | 03:27:25 WIB

HARIANRIAU.CO - Namanya pernah menghebohkan Indonesia 2009 lalu. Seorang bocah laki-laki kelas IV SD tiba-tiba digandrungi banyak orang.

Ponari, dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Desa Balungsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur, dulu begitu fenomenal di negeri ini.

Berawal dari main mandi hujan yang sesekali diiringi suara geledek Ponari tak sengaja menemukan batu ‘ajaib’.

Kisah penemuan batu sebesar kepalan tangan anak-anak berwarna coklat kemerahan itu cukup dramatis dan bernuansa mistis.

Konon, Ponari mulai menyadari kehebatan batu itu setelah ada keluarganya yang sakit dan berhasil sembuh karena meminum air celupan batu itu.

Sejak itu orang berbondong-bondong ke rumah Ponari untuk diobati.

Bahkan saking antrinya pernah ada pasien yang meninggal karena antri.

Dan beberapa bulan kemudian Ponari tiba-tiba saja menjadi bocah yang kaya raya.

Rumahnya yang dulu berlantai tanah disulap menjadi rumah yang bersar berlatai keramik.

Namun seiiring berjalannya waktu pamor batu ajaib Ponari makin redup.

 

Lalu bagaimana nasibnya sekarang?

Sekarang tak menentu. Kadang ada satu orang, kadang sepi pasien,” ujar nenek Ponari, Mbok Legi.

Setiap tamu yang datang, meski tak pernah diminta dan dipatok tarif, rata-rata memberikan uang Rp 20.000.

Sejak pasien mulai sepi, kini Ponari lebih fokus sekolah. Ponari meneruskan pendidikan yang sempat tertunda 3 tahun lamanya. Kesibukan Ponari menjadi ‘dukun cilik’ membuatnya tak lulus ujian nasional saat kelas VI SD.

Setelah secara ekonomi keluarganya naik drastis dari hasil pengobatan Ponari, dukun cilik itu justru enggan ke sekolah, hingga akhirnya tidak mengikuti ujian nasional beberapa waktu lalu.

“Tahun kemarin ikut ujian di program paket A alhamdulillah lulus. Sekarang melanjutkan lagi ke sekolah Tsanawiyah (sekolah Islam setingkat SMP). Baru kelas satu,” tuturnya beberapa waktu lalu.

Keluarga menyebut hasil dari pengobatan Ponari sempat terkumpul uang Rp 1 miliar lebih.

Dengan uang sebanyak itu, dia mampu membangun rumah yang sangat layak, membeli 2 bidang sawah seluas 2 hektar, sepeda motor, dan perabotan rumah tangga.

Ibu Ponari Mukaromah uang itu kini telah habis.

Kondisi ekonomi keluarganya pun kembali seperti semula.

Bahkan, untuk melahirkan putra ke duanya ia mengalami kesulitan keuangan.

 

Didatangi Peserta UN

Pada 2011 lalu menjelang ujian nasional (unas) SMP, rumah bocah kelas V SD yang biasanya 'mengobati' orang sakit dengan batu sakti yang dicelupkan air ini, didatangi para pelajar SMP calon peserta unas.

Tujuan para siswa untuk meminta air yang sudah dicelup dengan batu pipih milik Ponari.

Mereka berharap setelah minum air yang dicelup batu 'sakti', pikiran bisa tenang dan lancar dalam mengerjakan soal ujian.

"Kami tetap rajin belajar. Ini (minta air celupan batu Ponari) hanya tambahan ikhtiar saja, agar lebih tenang dan lancar, baik dalam belajar maupun dalam mengerjakan soal," kata Syaiful, pelajar SMP di Kecamatan Megaluh.

Syaiful datang ke rumah Ponari tidak sendirian, melainkan bersama 10 teman sekelasnya.

Mereka datang membawa sebotol air kemasan. Mereka juga membawa pensil 2B yang akan digunakan untuk unas.

Begitu sampai di rumah Ponari, air yang dibawa para pelajar dipindah ke ember plastik. Selanjutnya, pensil untuk unas itu diceburkan ke ember.

Tak berapa lama, Ponari muncul dari dalam rumah. Di tangan anak pasangan Khomsin-Mukharomah ini tergenggam batu 'ajaib' yang konon ditemukan saat hujan lebat bersamaan sambaran geledek.

Ember berisi air yang berjajar di teras rumah hasil dirinya berpraktik sebagai dukun cilik itu lantas ia celupi batu secara bergantian. Selesai melakukan pencelupan batu, Ponari buru-buru kembali ke dalam rumah.

Sejumlah awak media yang hendak wawancara harus gigit jari, karena Ponari menggelengkan kepala tanda tak bersedia diwawancarai.

Bahkan selama pencelupan batu, Ponari lebih banyak menundukkan wajah, menghindari kamera wartawan.

Suparti (45), orangtua siswa SMP mengatakan, ia mengantarkan anaknya meminta air bertuah dari Ponari.

Dia menyadari itu hanya satu ikhtiar saja. Yang terpenting, lanjut Suparti, menyuruh anaknya giat belajar.

Ibunda Ponari, Mukharomah menjelaskan, anak semata wayangnya itu saat ini kelas V SDN Balongsari.

Mukharomah mengaku, jumlah 'pasien' yang datang jauh menurun ketimbang 'masa jayanya' dulu. (tribunnews)

Terkini