HARIANRIAU.CO - Berbeda dengan kampung lainnya di seputaran Kabupaten Siak, Kampung Parit I/II Kecamatan Sungai Apit memiliki tradisi merayakan hari Kemenangan Idul Fitri dengan saling kunjung-mengunjungi antar warga masyarakat hingga berhari-hari lamanya.
Ini tentu berbeda dengan kampung-kampung lainnya yang ramai hanya pada tanggal 1-2 Syawal saja lalu dilanjutkan dengan liburan keluarga dengan mengunjungi tempat-tempat wisata.
Seperti yang terjadi pada Idul Fitri tahun ini, tampak jalanan kampung Kampung Parit /Il penuh dengan rombongan besar warga masyarakat yang bergerak secara perlahan dari rumah ke rumah, Senin, 02 Mei 2022.
Kegiatan ini oleh penduduk setempat disebut dengan barakan.
Bambang Bonari sebagaimana dikutip dari laman facebook-nya, barakan adalah tradisi kearifan lokal semacam halal-bihalal masyarakat Kampung Parit I/II Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak pada setiap tanggal 1 Syawal hingga selesai dengan saling mengunjungi antar warga masyarakat secara berombongan dan bergantian dari rumah ke rumah untuk saling bersilaturahmi dan memaafkan.
Tradisi barakan ini dilakukan setelah melaksanakan shalat Ied berjamaah, lalu warga masyarakat membentuk rombongan barakan dan melakukan kunjungan dengan dimulai atau diakhiri di kediaman Bapak Imam masjid setempat.
”Tradisi barakan ini momen paling ditunggu karena pada saat itulah dalam satu tahun sekali kita bisa mengunjungi seluruh rumah dalam satu kampung, mengenal pada yang baru, mengingat pada yang lupa, mempererat keakraban pada yang ada,” kata Bambang.
Karena mengunjungi rumah sekampung secara berombongan, barakan ini bisa menghabiskan waktu berhari-hari lamanya. Hal ini menambah semaraknya hari raya karena jalanan kampung tidak sepi oleh lalu-lalang warga yang barakan.
"Dulu saat kami masih anak-anak, sekitar 20 tahun yang lalu, rombongan barakan ini hanya terdiri satu rombongan saja dalam satu dusun karena rumah warga masih sedikit. Biasanya setelah barakan dalam satu dusun, dilanjutkan dengan barakan satu kampung yaitu barakan antar dusun. Sekarang setelah kemajuan zaman dan rumah warga makin banyak, disepakati barakan terdiri satu rombongan dalam satu RT saja. Lalu dihari berikutnya dilanjutkan dengan barakan antar RT," lanjut Bambang saat dihubungi.
Untuk menyambut rombongan barakan, maka kaum ibu-ibu di kampung ini menyiapkan aneka masakan khas kampung pada jauh-jauh hari sebelumnya seperti ketupat lengkap dengan rendang, kueh lebaran seperti kueh gulung, bolu kemojo, rempeyek, rengginang, sambal tauco, gulai tanak, buah-buahan dan lain sebagainya. Sementara kaum bapak-bapak biasanya "mengacau dodol atau juga lemang" yaitu kegiatan membuat masakan khas kampung seperti dodol pulut, dodol durian dan lainnya.
"Aneka makanan tersebut sengaja diperuntukkan oleh kaum Ibu dan Bapak untuk menyambut rombongan barakan yang juga terdiri dari anak-anak mereka yang baru pulang dari perantauan orang. Hal inilah yang sangat dirindukan oleh para perantauan dan menjadi salah satu alasan kuat mereka untuk wajib pulang kampung dan ikut barakan saat lebaran,” jelas Bambang.
Jika kaum Ibu dan Bapak menyiapkan makanan dalam menyambut hari raya, maka kaum pemuda dan pemudi-nya secara bergotong -royong membuat lampu colok serta membuat kegiatan keramaian untuk perlombaan permainan rakyat seperti tarik tambang, panjat pinang, balap karung dan semacamnya. "Keramaian" tersebut dilaksanakan di tanah lapang setelah barakan selesai, biasanya di hari raya ke tujuh. Adanya keramaian ini membuat masyarakat tidak perlu bersusah payah berwisata ke luar daerah untuk mengisi lebaran karena sudah ada hiburan di kampung, dan malah menjadi tontonan oleh pengguna jalan atau warga kampung lainnya.
Bambang berharap, kegiatan barakan dengan segala kegiatan kearifan lokal yang menyertainya seperti aneka masakan dan juga kegiatan keramaian tetap lestari di adakan pada tahun-tahun berikutnya.
"Kalau bisa segala kearifan lokal khas kampung kami tersebut dikelola dengan baik dan profesional oleh pihak yang berkompeten dengan bekerja sama dengan dinas terkait untuk menjadi agenda tahunan tetap, karena tidak menutup kemungkinan ini bisa menjadi daya tarik penikmat wisata tak benda dan menjadi icon dan income bagi masyarakat, serta lebih menghidupkan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) kampung kami,” tutup Bambang.