Natalius Pigai: Rezim Sudah Kibarkan Bendera Putih

Natalius Pigai: Rezim Sudah Kibarkan Bendera Putih
Natalius Pigai

HARIANRIAU.CO - Aktivis HAM Papua, Natalius Pigai menyarankan agar Presiden Jokowi mundur dari jabatannya sebagai presiden. Hal itu menurutnya lantaran rezim saat ini sudah tak lagi mampu mengendalikan Covid-19.

Dikutip dari laman terkini.id, saran Natalius Pigai agar Jokowi mundur tersebut ia sampaikan saat menanggapi pernyataan Koordinator PPKM Darurat Luhut Binsar Pandjaitan yang menurutnya memakai bahasa preman pada saat menjelaskan tentang desakan lockdown dari sejumlah pihak.

Pigai lewat cuitannya di Twitter, Jumat 9 Juli 2021, menilai pernyataan Luhut yang menurutnya seperti bahasa preman pasar itu telah mengisyarakat bahwa pemerintah sudah mengibarkan bendera putih.

Bendera putih itu, kata Pigai, merupakan sinyal bahwa rezim pemerintahan Jokowi sudah tak mampu lagi mengendalikan Covid-19.

“Luhut pakai bahasa Preman Pasar. Saya suka pernyataan ini karena Luhut secara tersirat sudah kibarkan bendera putih karena rezim ini tidak mampu memimpin,” cuit Natalius Pigai.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar Presiden Jokowi beserta jajarannya mundur apabila tak sanggup lagi menangani lonjakan Covid-19.

Menurutnya, sudah beberapa presiden negara lainnya juga memutuskan mundur lantaran tak sanggup menangani pandemi tersebut.

“Sy sarankan Jokowi & Rezim mundur kalau tdk sanggup. Bukan kalian sendiri, negeri lain juga mundur ko,” tuturnya.

Mengutip Hops.id, Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya telah menjelaskan soal kenapa pemerintah tidak mengambil langkah lockdown atas melonjaknya kasus Covid-19 belakangan ini.

Dalam Podcast di Youtube Deddy Corbuzier, Luhut menjelaskan lockdown itu nggak gampang seperti yang diucapkan. Butuh persiapan dan perhitungan matang untuk bisa lockdown.

Selain itu, Menko Kemaritiman dan Investasi di rezim pemerintahan Jokowi ini juga khawatir kalau lockdown rakyat bisa meninggal semua nanti. Pengambilan keputusan untuk lockdown itu kompleks, tidak bisa melihat dari satu sisi saja, mesti melihat pertimbangan-pertimbangan lainnya.

“Lockdown itu gini, tidak segampang itu juga, mati semua rakyat nanti kalau kita lockdown. Jadi kita pikir-pikir bagaimana saya kan sudah bilang tadi, bagaimana kita nyeimbangkan, masih bisa. Sekarang pertanyaan juga kalau kita lockdown, apa bisa kita lockdown, itu juga pertanyaan berikutnya. Belum tentu juga bisa,” ujarnya.

Halaman :

Berita Lainnya

Index