Solok Selatan Lestarikan Silat Tradisi dengan Festival

Solok Selatan Lestarikan Silat Tradisi dengan Festival

PADANG - Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, kembali menggelar festival silek (silat) tradisi Minangkabau dalam upaya melestarikan seni beladiri itu.

"Waktunya belum kami pastinya, tapi tahun lalu acaranya menjadi bagian agenda pagelaran seni dan budaya 'Solok Selatan Baralek Gadang'," ujar Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solok Selatan Bujang Basri ketika dihubungi di Padang Aro, Rabu (22/3).

Dalam pelaksanaan festival tersebut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga akan berkoordinasi dengan Perhimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabau Solok Selatan. "Skema festivalnya seperti apa akan kami koordinasikan dengan perhimpunan," ujarnya.

Selain menggelar festival silat tradisi Minangkabau, juga akan digelar lokakarya bagi tuo (guru) silek di daerah itu. "Minat generasi muda terhadap silat tradisi cukup baik. Kami harap dengan adanya lokakarya ini kian memperkenalkan silat tradisi kepada masyarakat sehingga bisa dilestarikan," ujarnya.

Seorang pengurus Sasaran Silek dan Tradisi Ridho Ilahi di Kecamatan Sangir, Rino Satria, menyebutkan usai digelarnya festival yang digagas oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat membuat para penggiat silat di daerah itu termotivasi melestarikannya hingga terbentuk Perhimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabau Solok Selatan.

"Silek (silat) mampu sebagai sarana mempersatukan seluruh unsur masyarakat, termasuk dari unsur adat," ujarnya.

Saat ini, sebutnya di Solok Selatan telah memiliki 26 sasana silek yang tersebar di tujuh kecamatan yang ada.

Salah satu silat tradisi yang terdaftar dalam perhimpunan adalah silek pedang dengan menggunakan pedang panjang di Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari. Menurutnya, silek pedang panjang di Abai ini sudah hampir punah.

"Kami harap, festival silat tradisi ini digelar secara kontinyu sehingga kami memiliki sarana untuk melestarikan silek," katanya.

Setiap sebulan sekali perhimpunan tersebut menggelar pertemuan di tempat yang berbeda seperti bulan Maret di Abai, April di Pasir Talang dan Mei di Koto Baru. "Pertemuan ini selain memperkuat silaturahim, juga membahas bagaimana silat tradisi Minangkabau ini tidak hilang oleh jaman," ujarnya. (rol)

Halaman :

Berita Lainnya

Index