Ketika Bung Karno Berkisah Sering Tidur di Antara Buku dan Majalah

Ketika Bung Karno Berkisah Sering Tidur di Antara Buku dan Majalah
Presiden pertama RI Ir Soekarno (Foto: gahetna.nl)

GADGET vs literatur. Indonesia punya lebih dari 200 juta rakyat yang sekira 60 jutanya punya gadget. Sayangnya menurut UNESCO atau Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan menilai, minat baca penduduk negeri kita cuma 0,001!

Masih kurang bikin melotot? Bagaimana kalau Anda tengok kajian yang dilakukan Central Connecticut State University pada 2016, di mana mereka melakukan studi “Most Littered Nation in the World".

Hasilnya? Peringkat minat baca masyarakat Indonesia berada di peringkat 60...dari 61 negara! Posisi Indonesia tepat di bawah Thailand (59) dan satu urutan lebih baik dari Botswana di peringkat 61.

Padahal bertahun-tahun lampau “Bapak Negara” kita Presiden pertama RI Ir Soekarno, sudah sering melantangkan nasihat akan pentingnya membaca. Enggak harus baca buku.

Membaca majalah atau surat kabar pun faedahnya tetap sama, yakni sebagai jendela dunia. Bung Karno tidak sekadar kasih nasihat, kasih wejangan. Bung Karno pribadi yang teaching by example alias mengajarkan, menasihatkan lewat keteladanan.

Seperti saat Presiden Soekarno berpidato di hadapan para wartawan di Istana Bogor, 25 November 1965. Presiden Soekarno bukan bermaksud pamer, melainkan sebagai contoh bahwa dia punya buku serta literatur lain yang tak terhingga jumlahnya, hingga menyesaki kamar tidurnya.

Berikut potongan nasihat Bung Karno tentang pentingnya membaca bagi rakyat Indonesia dalam pidatonya di Istana Bogor, 25 November 1965, sebagaimana yang terangkum dalam buku ‘Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno 30 September 1965 – Pelengkap Nawaksara’:

“...Saya ini boleh dikatakan sebagian daripada hidup saya itu pekerjaan cuma membaca, membaca, membaca, membaca, membaca. Sebab, membaca menambah pengetahuan kita. membuat kita manusia kultur yang tinggi nilainya.

...Apakah Saudara-saudara pernah membaca Thomas Carlyle di dalam ia punya kitab ‘Heroes and Hero Worship’? Di situ Carlyle berkata: ‘Books are the university of our days’...Jadi meskipun umpamanya bukan keluaran universitas, jangan kecil hati. Bacalah buku, bacalah buku, bacalah buku sebanyak mungkin untuk upgrade Saudara punya diri.

Coba ngelongok dalam saya punya kamar tidur. Penuh dengan buku dan majalah. Sampai saya kadang-kadang, bagaimana saya mesti meringkuk di dalam? Bukan buku dan majalah itu di lemari, di tempat tidur saya. Saya tidur di antara buku dan di antara majalah-majalah.

Saya anggap penting selalu membaca kapanpun saya telah katakan mempunyai, mengetahui ilmu pengetahuan sedikit-sedikit, meskipun saya telah diberi gelar Doctor Honoris Causa 27 kali oleh universitas-universitas. Membaca, belajar itu tidak ada batas usia. Meskipun kita telah jambul wanen, sudah tua, belajar dan membaca selalu bermanfaat,”

Nah, sudah ngerti betapa pentingnya membaca? Jangankan Bung Karno, Rasul-nya umat Islam, Nabi Muhammad SAW saja ketika mendapat wahyu pertama di usia 40 tahun via perantara Malaikat Jibril, isi perintahnya Iqro’ alias membaca.

Wahyu pertama yang turun dalam Surah Al-‘Alaq ayat 1-5, di mana isi terjemahannya: “Iqra’ (bacalah) dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah, Sang Mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (okz)

Halaman :

Berita Lainnya

Index