10 Awak Kapal Indonesia Disandera, Abu Sayyaf Minta Tebusan Rp 14,3 Miliar

10 Awak Kapal Indonesia Disandera, Abu Sayyaf Minta Tebusan Rp 14,3 Miliar
Istimewa

HARIANRIAU.CO JAKARTA — Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menjelaskan, pihaknya telah berkomunikasi secara intens dengan pihak otoritas Filipina terkait pembajakan sebuah kapal pandu penarik ponton bermuatan batubara dari Indonesia di sekitar perairan Filipina.

Seperti dikutip Kompas, sebanyak 10 awak kapal pandu Brahma 12 beserta muatan batubara milik perusahaan tambang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, disandera kelompok teroris Filipina Abu Sayyaf sejak Sabtu (26/3/2016).

Sutiyoso mengatakan, kapal pandu itu kini dalam keadaan kosong dan ditinggal begitu saja di lepas pantai Kepulauan Sulu, Filipina.

Sebanyak 10 awak kapal dan seluruh muatan batubara dibawa penyandera ke tempat persembunyian mereka di salah satu pulau di sekitar Kepulauan Sulu.

”Mereka meminta tebusan 50 juta peso (sekitar Rp 14,3 miliar) untuk pembebasan 10 sandera itu. Kami terus berkoordinasi dengan pihak keamanan Filipina untuk menentukan langkah lebih lanjut,” ujar Sutiyoso di Jakarta, Senin (28/3/2016).

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebelumnya mengaku, pihaknya sudah mendapatkan kabar tentang penyanderaan tersebut. (baca: Menlu Dalami Kabar Kapal Indonesia Disandera Kelompok Abu Sayyaf)

Tanpa berkomentar lebih jauh, Retno menyebutkan bahwa Kemenlu telah mendalami informasi tersebut.

"Sudah (dapat informasi). Semua sedang didalami," kata Retno.

Sementara itu, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengatakan, saat ini sudah ada patroli unsur keamanan laut di perairan sekitar Ambalat.

Militer Filipina sudah memasukkan kelompok Abu Sayyaf sebagai teroris lokal yang kerap menculik dan menyandera orang asing untuk mendapatkan tebusan. Kelompok ini juga terkait dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).

Pada September 2015, kelompok ini menculik warga Kanada, Norwegia, dan Filipina dari sebuah resor pantai kelas atas di Filipina selatan.

Mereka menuntut tebusan 21 juta dollar AS untuk setiap sandera. (kompas)

Halaman :

Berita Lainnya

Index