Setelah 72 Tahun, Bangkai Pesawat Buatan AS Diangkat dari Danau Rusia

Setelah 72 Tahun, Bangkai Pesawat Buatan AS Diangkat dari Danau Rusia

MURMANSK - Sebuah pesawat Bell P-39 Airacobra buatan Amerika Serikat (AS) berhasil diangkat dari dalam danau di dekat Murmansk, barat laut Rusia. Pesawat yang banyak digunakan dan menjadi favorit para pilot Uni Soviet semasa Perang Dunia II itu jatuh ke Danau Shchukozero dua bulan sebelum kekalahan Nazi Jerman dan berada di sana sampai diangkat oleh tim selam militer Rusia 72 tahun kemudian.

"Kita bisa melihat hampir semua bagian depan pesawat, termasuk kokpit dan mesinnya, hanya ekor dan sayap kanannya yang hilang,” kata Komandan Armada Utara Rusia, Laksamana Madya Nikolay Evmenov yang mengawasi pengangkatan pesawat sebagaimana dilansir RT, Kamis (13/7/2017).

Meski tanggal jatuhnya pesawat, 6 Maret 1945, koordinat, dan nama pilot pesawat itu ada dalam catatan, para ahli hanya bisa berspekulasi mengenai bagaimana pesawat tersebut jatuh dan apa yang terjadi pada pilotnya. Berdasarkan laporan kantor berita TASS pesawat yang dikemudikan Letnan Fyodor Varavikov kemungkinan mengalami mati mesin di udara dan jatuh berputar ke danau beku yang hanya berjarak beberapa kilometer dari lapangan terbang terdekat.

Tim yang mengangkat bangkai pesawat mengatakan, mereka mengira akan menemukan kerangka manusia bersama bangkai pesawat, tetapi hanya menemukan sepatu bot pilot. Adanya tanda-tanda besi yang terpotong dari badan pesawat menunjukkan kemungkinan Letnan Fyodor berhasil diselamatkan oleh rekan-rekannya.

Pesawat Bell P-39 Airacobra memiliki peran penting dalam sepak terjang Rusia selama PD II. Pesawat yang ditolak oleh angkatan udara Inggris karena performa buruknya di ketinggian tinggi justru populer di kalangan pilot Uni Soviet di front timur.

Hampir 5.000 unit P-39 dikirimkan AS ke Uni Soviet sebagai bagian dari perjanjian sewa tanah yang memberikan Uni Soviet peralatan dan perlengkapan dengan nilai mencapai USD11,3 miliar atau sekira USD150 miliar dolar dengan kurs saat ini.

Kepopuleran P-39 di front timur dikarenakan pertempuran di sana yang kebanyakan terjadi di ketinggian yang rendah di bawah tiga ribu meter di mana kemampuan pesawat tersebut dapat terlihat. Letak mesinnya yang berada di belakang juga membuatnya disukai para pilot karena memberi penglihatan yang lebih baik dan suhu mesin yang lebih bersahabat.

Sumber: okezone

Halaman :

Berita Lainnya

Index