Guna Biayai Rezim Kim Jong-un, Korut Disebut Kirimkan Ribuan Warganya ke Rusia untuk Menjadi Budak

Guna Biayai Rezim Kim Jong-un, Korut Disebut Kirimkan Ribuan Warganya ke Rusia untuk Menjadi Budak
Ilustrasi

PYONGYANG - Pemerintah Korea Utara (Korut) disebut-sebut telah mengirimkan puluhan ribu warganya ke luar negeri untuk dijadikan budak. Pernyataan tersebut disampaikan oleh kelompok hak asasi manusia (HAM) Korea Selatan (Korsel).

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Data Base untuk HAM Korut yang berbasis di Seoul, diperkirakan terdapat sekira 50 ribu warga negeri tertutup itu yang dijadikan budak di Rusia. Sebagaimana dimuat Daily Mail, Minggu (16/7/2017), para pekerja tersebut merupakan korban kekejaman para pejabat korup yang diduga telah memotong upah mereka sebanyak 90%.

Pemotongan upah tersebut digunakan untuk keperluan rezim dari diktator muda, Kim Jong-un. Orang Korut yang dipekerjakan di Rusia hanya menerima upah sekira USD841 per bulan. Angka tersebut jauh dari jumlah pembayaran yang seharusnya mereka terima.

Setengah gaji mereka akan disita oleh partai penguasa yaitu Partai Pekerja Korea. Kemudian bos proyek kontruksi, tempat di mana biasanya orang Korut bekerja akan memotong gaji mereka sebanyak 20%. Mereka yang dikirim ke Rusia menghasilkan sekira USD120 juta per tahunnya untuk menghidupi Pemerintah Korut.

"Pemerintah Korea Utara mempertahankan kontrol ketat atas pengambilan keuntungan dari pekerja mereka. Dalam beberapa kasus mereka mungkin mengambil 90% dari upah para pekerja. Ini sebenarnya adalah masalah yang telah lama terjadi," ujar Direktur Program Kebijakan AS-Korea, Scott Synder.

Pemotongan upah para pekerja, merupakan salah satu cara Pemerintah Korut mendapatkan pemasukan negara. Sanksi yang diterima korut sedikit banyak telah berimbas terhadap sistem perdagangan negara itu dan membuat Korut semakin terisolasi.

Rusia diketahui telah menggunakan banyak jasa pekerja dari Korut ketika membangun stadion sepak bola di Kota Saint Petersburg. Selain itu, banyak juga warga Korut yang menjadi pekerja pembangunan gedung apartemen di Moskow. Dalam beberapa kasus terdapat laporan yang menyebut, bahwa para pekerja tidak diperlakukan dengan layak dan dipaksa bekerja terlalu keras.

"Mereka tidak libur. Mereka makan lalu bekerja dan tidur dan tidak ada yang lain. Dan waktu mereka untuk tidur tidak cukup banyak. Mereka pada dasarnya berada dalam situasi seperti budak," terang salah satu pimpinan proyek di Rusia yang tak disebutkan namanya.

Korut sendiri dianggap sebagai salah satu negara pelanggar HAM terburuk di dunia selain China, Suriah dan Iran dalam masalah perdagangan manusia serta kerja paksa.

Halaman :

Berita Lainnya

Index