Ibu yang Melahirkan Secara Sesar adalah Seorang Pahlawan

Ibu yang Melahirkan Secara Sesar adalah Seorang Pahlawan

Sering kita menganggap ibu-ibu yang melahirkan secara normal adalah pahlawan sesungguhnya, mereka berjuang melahirkan si buah hati tanpa banyak intervensi medis. Tapi tahukah, ibu-ibu yang melahirkan secara sesar juga layak mendapatkan penghargaan yang sama.

Sebuah penghargaan yang layak disematkan kepada ibu-ibu yang berhasil melahirkan generasi penerusnya dengan keringat dan darah ke bumi yang tercinta ini.

Tahukah Ibu, di balik jeritan tangis si kecil yang keluar dari perut ibu yang melahirkan secara sesar, ada pengorbanan besar, penuh peluh, penuh nyeri, bahkan nyawa menjadi taruhannya.

Tidak seperti anggapan orang-orang, dimana ibu yang melahirkan sesar seolah diposisikan sebagi ibu-ibu manja, yang menyerah kalah untuk melahirkan normal. Tidak tentu saja tidak karena ada banyak indikasi medis yang mengharuskan seseorang melahirkan dengan operasi sesar.

Mereka ibu-ibu dengan mental pejuang karena berbagai masalah dan kendala yang mereka alami saat hamil maupun melahirkan, sehingga mengharuskan pisau dan gunting tajam menyayat dan merobek kulit perut mereka, untuk mengeluarkan buah cintanya.

Ibu yang melahirkan sesar harus berani mengambil risiko. Karena risiko yang tinggi ini pula, ibu yang melahirkan pantas mendapatkan gelar pahlawan sejati, gelar yang sama yang kita berikan pada ibu yang melahirkan normal. Inilah risiko yang harus dihadapi ibu yang melahirkan sesari:

1. Operasi dengan Nyawa Sebagai Taruhan

Meski terlihat aman, bukan berarti melahirkan sesar tanpa risiko. Saat dokter memutuskan untuk melahirkan bayi secara sesar, maka nyawa ibu menjadi taruhannya. Ini karena risiko yang diambil saat melahirkan sesar tidaklah sedikit. Belum lagi risiko kesehatan lainnya. Ingat, dibandingkan persalinan per vaginam atau normal, prosedur operasi pada persalinan sesar membuat kesehatan mama lebih berisiko.

Studi dari Kanada yang dimuat di Canadian Medical Association Journal (Maret 2007) memaparkan, risiko akibat prosedur operasi yang mungkin dialami mama, antara lain: hematoma pada luka bekas operasi, yang secara otomatis dapat memperpanjang masa perawatan Ibu di rumah sakit.

Tidak hanya itu. Studi yang dimuat di Current Women’s Health Review (Mei 2013) juga menambahkan risiko luka di kantong kemih sebagai salah satu jenis cedera yang paling sering terjadi pada persalinan sesar.

2. Gangguan venous thromboembolism (VTE) pascamelahirkan.

Studi yang dimuat di jurnal CHEST (September 2016) memperlihatkan, ibu yang menjalani persalinan sesar memiliki kemungkinan empat kali lipat lebih besar mengalami gangguan pembuluh darah VTE, yang dipicu oleh faktor pembekuan darah yang tidak normal. Tingginya prevalensi ini dibandingkan dengan angka kejadian pada ibu yang melahirkan secara normal.

“Persalinan sesar itu sendiri merupakan faktor risiko independen terhadap kemungkinan terjadinya VTE di periode pascamelahirkan. Dalam masa kritis ini, ibu yang melalui persalinan sesar dapat mengalami proses pembekuan darah yang lebih aktif dibandingkan mama yang melahirkan secara normal. Sekitar 3 kasus VTE dapat terjadi untuk setiap 1.000 persalinan sesar,” kata peneliti utama Marc Blondon dari Divisi Angiology and Hemostasis, Geneva University Hospitals, Jenewa, Swiss.

3. Berjuang Melahirkan Sendiri

Operasi melahirkan sesar sama dengan operasi bedah lainnya, penuh sayatan, darah, dan operasi yang memakan waktu lama. Bolehlah Ibu yang melahirkan normal senang karena saat melahirkan, ada suami yang mendampingi. Ibu bisa menjerit, mencakar suami, atau memegang tangannya erat-erat. Tapi lihatlah ibu-ibu yang melahirkan sesar, mereka harus melahirkan tanpa orang terdekat yang menemani, hanya dokter dan perawat. Semua dilakukan demi sang buah hati yang akan dilahirkannya.

4. Berjuang untuk Menyusui

Perjuangan menyusui ibu yang melahirkan sesar lebih berat. Ini karena saat melahirkan sesar, ibu tak bisa segera bertemu dengan bayi, sehingga interaksi antara ibu dan bayi kemungkinan tertunda. Data dari penelitian yang dimuat di jurnal BMC Pregnancy and Childbirth (April 2016) memperlihatkan, ibu yang melahirkan sesar secara terencana cenderung menyatakan tidak ingin menyusui, sehingga tidak menjalani inisiasi menyusu dini (IMD) segera setelah melahirkan. Rendahnya angka IMD ini disertai dengan meningkatnya risiko mama mengalami kesulitan saat menyusui nantinya. Ya banyak ibu yang melahirkan secara sesar berhasil menyusui. Tapi ingat mereka harus berjuang keras dan tanpa kenal lelah, agar ia dapat memberikan makanan terbaik buat si kecil.

Banyaknya luka yang dialami, darah yang keluar, jahitan panjang yang harus mereka hadapi, serta nyeri berkepanjangan usai melahirkan membuat ibu yang melahirkan secara sesar layak mendapatkan predikat pahlawan. Luka-luka itu tidak cepat mengering, bahkan membekas sampai bertahun-tahun. Biarlah semua itu menjadi tanda, betapa besar perjuangan ibu-ibu yang melahirkan secara sesar. Setuju Bu?

Halaman :

Berita Lainnya

Index