Cerita Hampir Mati di Luar Angkasa Ini Bikin Merinding

Cerita Hampir Mati di Luar Angkasa Ini Bikin Merinding

Sepanjang sejarah, beberapa astronot dan kosmonot tewas dalam kecelakaan yang berhubungan dengan luar angkasa. Bencana Challenger dan Columbia misalnya, menyebabkan banyak korban jiwa.

Namun, terdapat juga insiden yang tak berujung ke kematian. Berikut ini beberapa pengalaman menjelang kematian di luar angkasa seperti dikutip dari Listverse, Kamis(24/8/2017).

Apollo 12

Misi Apollo 12 ditetapkan untuk diluncurkan pada 14 November 1969, tak lama setelah misi Apollo 11 yang menempatkan manusia pertama di Bulan. Misi Apollo 12 berusaha menciptakan kembali pendaratan Bulan, bersamaan dengan tujuan misi lainnya.

Awaknya terdiri dari tiga astronot yakni Dick Gordon, Pete Conrad, dan Alan Bean. Namun, misi tersebut hampir berakhir dengan cara mematikan tak lama setelah dimulai. Peluncuran tak berjalan seperti diharapkan hingga kru sekira 2.000 meter terbang ke udara.

Tepat pada 36 detik saat misi, petir menyambar pesawat itu. Sistem alarm segera menyala dan astronot Bean menyatakan bahwa itu lebih banyak lampu dibandingkan yang pernah ia lihat di simulator.

Hal-hal semakin buruk saat serangan petir lain menabrak pesawat 16 detik kemudian. Kali ini, semua sistem mogok dan modul perintah korsleting di luar kekuasaan. Bakcup baterai hanya bisa bertahan beberapa jam.

Setelah beberapa saat mengalami kepanikan, engineer John Aaron menawarkan solusi yakni switch pesawat dari SCE ke AUX, yang akan menempatkan pesawat ke mode pembantu. Ketika kru mengikuti petunjuk, power dipulihkan dan misinya dijalankan sebagai mestinya.

ISS Expedition 36

Peristiwa bencana Expedition 36 terjadi di International Space Station (ISS) pada 9 Juli 2013. Pesawat luar angkasa 22 baru saja dilakukan selama misi ini ketika astronot Amerika Luca Parmitano menemukan bahwa helmnya dipenuhi air.

Ada 0.5-1.0 liter cairan di helmnya, hampir sampai ke mulutnya. Teman-teman krunya memutuskan bahwa asal mula bocoran merupakan tas minum Parmitano, yang kemungkinan bocor saat ia mencodongkan tubuh ke depan di air lock.

Selama EVA berikutnya seminggu kemudian, helm Parmitano mulai terisi air lagi. Ia melanjutkan perjalanan ke tempat itu hingga ada lebih dari 1 liter air, sehingga hampir tak mungkin baginya untuk melihat dan bernafas. Perjalanan harus dibatalkan, Parmitano dan teman crewmate-nya kembali ke kapal.

Kemudian ditentukan bahwa kebocoran itu bukan dari tas minumnya tapi dari kontaminasi dan penyumbatan di dalam tasnya. Parmitano hampir tenggelam di luar angkasa. Karena kejadian yang tak menguntungkan ini, langkah baru telah ditetapkan untuk memastikan bahwa kecelakaan jenis ini tak akan pernah terjadi lagi.

Gemini 8

Misi yang diluncurkan pada 16 Maret 1996 itu merupakan usaha Amerika Serikat(AS) untuk melakukan EVA dan bertemu dengan Gemini Agena Target Vehicle (GATV). Dua astronot dalam misi tersebut ialah David Scott dan Neil Armstrong.

Seperti biasa, semuanya normal, kemudian pesawat mulai berputar dan berguling tak terkendali. Inilah saat misi mulai mengambil giliran yang berbahaya dan mematikan. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali atas pesawat, Armstrong terputus dari GATV. Ini hanya memperburuk keadaan dan memperkuat proses berputar dan berguling.

Upaya terakhir ini berhasil, namun hanya meninggalkan RCS dengan 25% bahan bakar yang awalnya tersedia. Kemudian ditemukan bahwa salah satu dari OAMS secara tak sengaja terus digunakan, sehingga menyebabkannya mengalami hubungan arus pendek yang ternyata merupakan sumber berguling. Misi harus diakhir dan perjalanan luar angkasa tak pernah dilakukan.

Mir

Stasiun luar angkasa Mir mengalami beberapa kecelakaan selama bertahun-tahun, namun dua insiden di 1997 berbeda. Pertama merupakan kebakaran di atas stasiun yang terjadi pada 23 Februari. Stasiun tersebut melakukan sebuah rutinitas yang melibatkan pembakaran tabung pembuat oksigen, namun api tersebut tiba-tiba lepas kendali.

Crew Rusia harus menggunakan masker gas saat memadamkan api dan pesawat luar angkasa Soyuz mereka dipenuhi asap. Asap kemudian dibersihkan dan kru tak mengalami masalah kesehatan yang mengancam.

Kejadian kedua, merupakan tabrakan terburuk yang pernah disaksikan Bumi. Tabrakan tersebut terjadi pada 25 Juni 1997, hanya beberapa bulan setelah kejadian kebakaran tersebut. Seorang anggota kru sedang melakukan tes docking dengan remote control saat dia tiba-tiba kehilangan kendali atas sebuah kapal kargo.

Kapal tersebut bertabrakan dengan stasiun tersebut dan meninggalkan kebocoran udara yang berbahaya. Untungnya, kru mendengar desis sebelum mengalami kerugian besar dan menemukan suaranya di modul Spektr. Mereka memecahkan masalah ini dengan memotong kabel yang mengarah ke Spektr dan menutup lubangnya.

Tanggapan cepat awak kapal terhadap kedua isu tersebut memastikan keamanan mereka dan merupakan alasan mengapa mereka tak mengalami bahaya yang signifikan. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index