Jurnalis Perempuan Dibunuh saat Liputan

Jurnalis Perempuan Dibunuh saat Liputan
Kim Wall, jurnalis lepas asal Swedia dibunuh dan dimutilasi saat liputan.

STOCKHOLM - Kim Wall, jurnalis lepas dari Swedia yang kerap menulis untuk media besar seperti The Guardian dan The New York Times tewas terbunuh di Denmark.

Modusnya pun tidak biasa. Diajak liputan ke kapal selam, dimutilasi, lalu jasadnya dibuang ke laut. Senin (21/8), jasad perempuan 30 tahun tersebut ditemukan di Koge Bay, Denmark.

Kemarin (23/8), setelah melakukan uji DNA, polisi memastikan bahwa mayat dalam kondisi tidak utuh itu memang benar milik Wall yang raib sejak 11 Agustus.

Investigasi awal menunjukkan bahwa kepala serta kedua tangan dan kaki Wall sengaja dipisahkan dari tubuhnya. Selain itu, polisi menemukan pemberat yang dikaitkan pada tubuh Wall. Itu semakin menguatkan dugaan pembunuhan.

Dalam jumpa pers, Jens Moller Jensen yang menjabat kepala unit pembunuhan di Kepolisian Kopenhagen mengatakan bahwa pihaknya mencari bagian tubuh Wall yang lain.

Dia yakin serpihan tubuh itu masih ada di sekitar Koge Bay yang berjarak kira-kira 50 kilometer di sebelah selatan Pelabuhan Kopenhagen. "Tubuh korban sengaja dimutilasi, sepertinya untuk menghilangkan gas dari dalam tubuh dan mencegah mayat mengapung," kata Jensen.

Sejauh ini, polisi belum bisa mengungkap penyebab kematian Wall. Tetapi, polisi yakin Peter Madsen punya jawabannya.

Sebab, pemilik sekaligus perancang kapal selam tersebut menjadi satu-satunya orang yang berada di dalam UC-3 Nautilus bersama Wall. Setelah diselamatkan dari kapal selam yang tenggelam pada 11 Agustus, Madsen langsung diamankan.

Dia menjalani pemeriksaan intensif terkait insiden yang membuat kapal selam 18 meter tersebut kandas di The Sound. Dan, kematian Wall tentunya. "Sejak ditahan pada 12 Agustus, dia berkali-kali mengubah keterangannya tentang insiden tersebut," kata Jensen.

Awalnya, pria 46 tahun itu mengatakan bahwa Wall tewas karena kecelakaan. Dia menyebut perempuan alumnus Columbia University itu jatuh dari kapal selam yang hendak tenggelam.

Dia sempat mengaku mendorong Wall demi menyelamatkannya dari kapal selam yang kandas. Tetapi, setelah itu, dia mengubah keterangannya.

"Sekarang kami memeriksa pakaian yang Madsen kenakan pada hari tenggelamnya kapal. Jika kami bisa membuktikan ada noda darah di bajunya, dia akan menjadi terdakwa," ungkap Jensen.

Madsen berjuluk Rocket Madsen karena proyek-proyek ilmiahnya. Selain merancang dan membuat serta mendanai kapal selam, dia berambisi mengirimkan manusia ke luar angkasa dengan roket bikinannya.

Oleh rekan-rekan dekatnya, Madsen dikenal sebagai pribadi yang temperamental. Christian Jensen, pemimpin redaksi Politiken, harian terlaris Denmark, menyebut kematian Wall sebagai kasus paling spektakular sepanjang sejarah negerinya.

Sebab, negara di kawasan Skandinavia itu dikenal sebagai negara yang damai. Angka kriminalitas di Denmark pun relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index