Dua Orang Kritis

BENTROK! Satu Tewas, Anggota DPRD Ditikam di Rusuk, Dada dan Punggung

BENTROK! Satu Tewas, Anggota DPRD Ditikam di Rusuk, Dada dan Punggung

Perebutan tanah ulayat akhirnya merenggut nyawa di Kecamatan Harau, Limapuluh Kota, Minggu (10/9/2017). Dua kubu warga berbeda kampung saling serang dengan benda tajam. Satu orang tewas, sementara seorang pelaku perebutan tanah ulayat adalah anggota DPRD Limapuluh Kota, Tedi Sutendi.

Wakil rakyat itu bersama adiknya kini dalam kondisi kritis karena terkena sejumlah tusukan sewaktu bentrok pecah.

Perselisihan dalam pemanfaatan tanah ulayat melibatkan dua kelompok dari Nagari Taram dan warga dari Nagari Pilubang.

Saling serang dua kelompok terjadi di perbatasan Pilubang dengan Taram, sekitar pukul 11.00 WIB. Kejadian persisnya di Jorong Ateh, Nagari Taram.

Korban bertumbangan. Warga yang tewas bernama Erwinsyahputra (34) warga Nagari Pilubang. Dia menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Adnaan WD Payakumbuh satu jam pasca perkeliahian.

Pria yang berporfesi sebagai petani itu sempat sekarat di lokasi setelah mendapatkan sejumlah tusukan di kepala, dada serta bagian perut.

Sedangkan dua lainnya, Tedi Sutendi sekaligus anggota DPRD Kabupaten Limapuluh Kota dan adik kandungnya, bernama Primsito (40) yang merupakan warga Nagari Taram, luka parah setelah  mendapatkan sejumlah luka tusukan.

Tedi kritis dan dilarikan ke RSUP M Djamil Padang untuk mendapatkan penanganan yang lebih serius. “Tedi Sutendi ditusuk orang di Taram. Sekarang sedang di rumah sakit,” ucap sejumlah anggota DPRD Kabupaten Limapuluh Kota seperti dilaporkan Haluan, Minggu (10/9/2017) siang.

Peristiwa ini dibenarkan Komandan Rayon Militer (Danramil) Harau, Mayor Inf Munawar. Katanya, perselisihan antar kedua kelompok tersebut dipicu perebutan pemanfaatan tanah ulayat.

Sebelum bentrok terjadi, kelompok dari Nagari Taram yang berjumlah tujuh orang berencana bekerja untuk membangun jalan ke lokasi taman rekreasi yang berada di kawasan tanah ulayat tersebut.

Tetapi, saat di lokasi, rombongan Tedi Sutendi sudah ditunggu oleh kelompok orang dari Nagari Pilubang yang berjumlah 35 orang.

Sebelum perkelahian, kedua kelompok sempat cekcok hingga akhirnya terjadi perkelahian dengan menggunakan senjata tajam.

“Rombongan Tedi Sutendi sudah bekerja dua pekan di lokasi tanah ulayat perbatasan kedua nagari. Alat berat sudah ke lokasi untuk membangun jalan ke taman rekreasi. Pada Minggu siang malah terjadi bentrok kedua kelompok dari Taram dan Pilubang. Satu tewas di rumah sakit. Saat ini kita masih berjaga-jaga,” terang Mayor Inf Munawar.

Walinagari Taram, Defrianto Ifkar tidak berkomentar banyak terhadap bentrok kedua kelompok di perbatasan nagarinya itu.

Diterangkannya, perselisihan kedua kelompok masyarakat tersebut, memang dipicu oleh permasalah tanah ulayat yang ada di perbatasan dua nagari. “Sampai saat ini belum jelas, siapa pemilik areal yang ada di perbatasan tersebut. Malahan saling klaim untuk kepemilikan lahan yang cukup luas,” terang Defrianto Ifkar.

Katanya, Kaum Malayu Taram pada umumnya mengatakan tanah yang berada diperbatasan tersebut adalah milik pasukuan mereka. Tetapi, kenyataanya secara fisik dan penggunaan lahan sudah dikelola warga Nagari Pilubang. “Terhadap lahan, masih timpang tindih. Kami-kami tidak mau berkomentar banyak persoalan ini. Hal yang diinginkan, bagaimana persoalan supaya cepat selesai,” katanya.

Defrianto mengaku sudah berkoordinasi dengan Walinagari Pilubang untuk sama-sama mengamankan nagari agar perselisihan tidak meruncing.

Sementara, Kapolres Limapuluh Kota, AKBP Haris Hadis mengaku belum bisa menyimpulkan apa motif pertingkaian hingga menewaskan satu orang dan melukai dua orang lainnya. “Ini masih kita periksa,”tegas AKBP Haris.

Sampai Minggu (10/9/2017) sore, sudah empat orang yang diperiksa petugas Satreskrim Polres Limapuluh Kota. Polisi juga menyita golok yang diduga menewaskan warga Pilubang.

“Sudah empat orang yang kita periksa. Empat orang ini dari kelompok Nagari Pilubang. Ada satu lagi yang kita panggil sore ini, tapi yang bersangkutan belum datang. Golok juga disita. Belum tahu milik  siapa golok itu,” katanya.

Terkait tersangka, Kapolres belum menetapkannya. “Kita periksa terus. Dari keterangan-keterangan orang yang dipanggil, akan membuat jelas perkara ini. Dari sana baru bisa kita tetapkan tersangkanya. Kita lihat perkembangan ke depan,” terang AKBP Haris lagi.

Sampai sore ini, jasad Erwinsyahputra, kelompok Nagari Pilubang sudah dibawa pulang ke rumah duka. Sedang dua warga dari Nagari Taram, Tedi Sutendi dan Primsito dilarikan ke RSUP M Djamil, Padang.

Pantauan Haluan, ambulan yang membawa Tedi Sutendi datang sekitar pukul 16.30 WIB di UGD dan langsung ditangani oleh tim medis.

Terlihat tiga luka bekas senjata tajam di tubuh Tedi. Yakni dirusuk kanan bawah, punggung dan dada. Sesekali Tedi mengeluh sesak nafas dan sakit di areal luka. Hanya istri dan seorang kerabatnya yang mengiringi. Tidak ada polisi ataupun pihak lain di rumah sakit.

Haluan meminta Informasi kepada istri Tedi, yang bersangkutan menolak dan meminta agar media tidak memberitakan kejadian ini. Dokter yang melihat Haluan berbicara dengan Istri Tedi, sontak menghampiri dan bertanya keberadaan beberapa orang yang berdiri di balik tirai.

Setelah mengetahui beberapa orang tersebut adalah awak media, sang dokter langsung mengusir dan membentak-bentak para wartawan yang sedang menunggu informasi. "Keluar kalian, keluar dari sini, " bentak dokter tersebut.

DPRD Merasa Prihatin

DPRD menyesalkan bentrok berdarah yang terjadi. “Sebagian teman-teman sesama anggota dewan sudah membezuk Tedi ke rumah sakit. Kita merasa prihatin dengan kejadian ini,” terang Safaruddin, Ketua DPRD Limapuluh Kota pada Minggu (10/9/2017) sore.

“Ini persoalan tanah ulayat yang tak terselesaikan selama ini. Dengan adanya kejadian, kita di legislatif mendorong untuk permasalah tanah ulayat untuk cepat diselesaikan. Jangan ada lagi kejadian serupa di Limapuluh Kota. Cukup ini yang terakhir,” terang Safaruddin.


Sumber: Riausky

Halaman :

Berita Lainnya

Index