Beda Usia, Kenal Lewat Telepon, Surojo Resmi Peristri Janda Muda

Beda Usia, Kenal Lewat Telepon, Surojo Resmi Peristri Janda Muda
Pasangan pengantin Surojo dan Wahyu Triana mengikuti resepsi pernikahan di aula kantor Kecamatan Manguharjo.(Radar Madiun)

SONGKOK yang tampak kedodoran di kepala tak dihiraukannya. Hati Surojo sedang berbunga-bunga. Maklum, diusianya yang menapak 41 tahun, Surojo berhasil menyunting Wahyu Triana, istrinya yang lebih muda 16 tahun.

Pernikahan Surojo dengan Wahyu yang awalnya siri akhirnya diakui negara. Pasutri yang sudah dikaruniai dua anak itu naik pelaminan pada acara nikah masal bersama 11 pasangan lainnya, Selasa lalu (5/9).

Jas dan kebaya yang dikenakan Surojo dan Wahyu berwarna senada. Layaknya pengantin baru yang menggelar resepsi pernikahan, ronce kembang melati melengkapi dandanan.

Rangkain bunga mengalungi leher Surojo. Jilbab yang dikenakan Wahyu juga berhiaskan kembang segar.

‘’Senang pastinya bisa menikah resmi,’’ aku Wahyu.

Apalagi, semua biaya resepsi yang berlangsung di aula kantor Kecamatan Manguharjo itu ditanggung Pemkot Madiun tanpa kecuali.

Mempelai dan keluarganya tak perlu pusing memikirkan urusan dekorasi, rias pengantin, sewa baju, atau hidangan untuk tetamu. Wahyu blak-blakan ikut nikah masal lantaran terkendala biaya.

‘’Saya bersyukur mendapat kesempatan menikah gratis,’’ ungkapnya.

Pasangan itu tinggal bersama orang tua Wahyu. Sebuah rumah sederhana di Jalan Tawang Baru, Kelurahan Tawangrejo, Kecamatan Kartoharjo, terpaksa ditempati dua kepala keluarga (KK). Kendati menjalani hidup jauh dari kata mewah, kebahagiaan tetap dirasakan mereka.

‘’Suami saya cinta keluarga,’’ puji Wahyu.

Padahal, perkenalan Wahyu dengan Surojo hanya diawali telepon 11 tahun silam. Keduanya juga kerap berkomunikasi via short message service (SMS). Pun, nama Surojo kali pertama didapat dari ibu Wahyu.

‘’Ibu dapat nomor teleponnya juga dari kenalan di Lampung,’’ terangnya sembari menyebut suaminya kerap bekerja di proyek bangunan.

Status Wahyu saat itu sudah seorang janda. Dia awalnya enggan berterus terang ke Surojo yang berada di Lampung itu. Namun, hubungan keduanya sudah kadung dekat kendati domisilinya berjauhan.

Wahyu di Madiun, sedangkan Surojo di luar pulau. Jika sehari tidak saling berkirim kabar, terasa ada sesuatu yang kurang.

‘’Jadi sering telepon, saling kirim foto juga,’’ ujarnya diiringi tawa kecil.

Wahyu sempat kaget saat Surojo hendak melamarnya. Menyeberang dari Lampung menuju Madiun. Tidak langsung menjawab, dia sengaja buka kartu tentang status jandanya. Surojo tidak peduli kendati dia masih perjaka.

‘’Tidak apa-apa, saya akan sampai ke Madiun beberapa hari lagi bersama keluarga dari sini,’’ ucap Wahyu mengingat perkataan Surojo.

Jodoh tampaknya sudah bertemu. Surojo datang melamar mengajak 12 familinya dari Lampung naik bus. Meski sudah mengetahui jika Surojo datang untuk meminang, Wahyu sama sekali tidak memberi tahu orang tuanya.

Ketika rombongan tamu itu tiba, tidak ada persiapan penyambutan. Alhasil, orang tua Wahyu sempat kelabakan menyambut tamu dadakan.

‘’Disuguhi nasi pecel dan pisang goreng. Setelah Lebaran 2006, sekali ketemu langsung jadi,’’ ingat Wahyu.

Orang tua Wahyu tak lupa menjelaskan status anak gadisnya ke calon besan. Namun, cinta tetap muncul sebagai pemenang. Surojo sudi menerima Wahyu apa adanya.

Maksud diutarakan, pinangan dari Sumatera diterima Madiun. Bermalam sehari, Wahyu langsung diboyong ke Lampung esok harinya.

‘’Cuma saya, ayah, dan ibu yang berangkat,’’ ungkap Wahyu.

Selat Sunda yang mulanya menjadi jarak diseberangi Wahyu dan Surojo bersama. Sampai di tanah Sumatera, Wahyu dan Surojo dinikahkan siri.

Keduanya mantap membangun bahtera rumah tangga. Wahyu mengingat acara nikah siri di sana tidak kalah ramai dengan resepsi pernikahan di Madiun.

‘’Disambut dengan meriah,’’ ujarnya.

Kendati nikah siri, Wahyu mantap dengan Surojo. Perkara selisih usia sama sekali bukan menjadi kendala. Wahyu mengaku hanya ingin memiliki pendamping hidup yang setia dan bertanggung jawab.

Berkeluarga di Lampung beberapa lama, keduanya memutuskan kembali ke Madiun dua tahun silam. Wahyu saat itu mengandung anak keduanya.

‘’Dikabari kelurahan ada nikah masal sehari sebelum pendaftaran, langsung ikut. Cari akta kelahiran untuk si bungsu yang mau masuk sekolah,’’ ungkapnya. (Radar)

Halaman :

Berita Lainnya

Index