Saat Hamil Sering Pendarahan, Kirana Lahir (Maaf) seperti “Bertopeng”

Saat Hamil Sering Pendarahan, Kirana Lahir (Maaf) seperti “Bertopeng”
Vina Raisa Kirana Maharani digendong ibunya, Siti Aminah, Rabu (13/9) (AGUNG BAYU/BALI EXPRESS)

DENPASAR - Walaupun baru saja dianugerahi seorang bayi, namun pasangan Mohamad Pitoyo dan Siti Aminah tidak bisa bergembira seperti kebanyakan pasangan lainnya. 

Sebab, putrinya, Vina Raisa Kirana Maharani terlahir dengan kondisi kelainan wajah (maaf) seperti “pakai topeng”. 

Pasangan ini tinggal di Jalan Letda Kajeng, Gang Tarumas, Dusun Yangbatu Kangin, Desa Dangin Puri Klod, Denpasar.

Kepada Bali Express, Aminah menjelaskan, bahwa tidak ada tanda-tanda terkait dengan kelainan yang dialami buah hatinya ini. 

Ketika sedang hamil Aminah mengaku tidak pernah mengambil pekerjaan berat. Namun, memasuki bulan kedua kehamilan, Aminah harus mengalami rawat inap di RSAD Udayana dikarenakan  lemas akibat kurang asupan gizi.

“Namun, setelah kejadian tersebut, sering terjadi pendarahan selama kehamilan hingga memasuki bulan kelahiran,” tutur Aminah.

Ia bersama suami Mohamad Pitoyo rutin melaksanakan cek kehamiln untuk memastikan kondisi bayi yang sehat. Bahkan, untuk pengecekan menggunakan Ultrashonography (USG) dilakukan hingga lima kali. 

Dari hasil USG tersebut dikatakan Aminah bahwa dokter kala itu mengatakan bahwa plasentanya berada di bawah. Sehingga ketika janin aktif bergerak di dalam perut, maka ketika itu pula terjadi pendarahan di alat vital Aminah. 

“Namun, oleh dokter kondisi itu tidak begitu urgent,” ungkapnya.

Setalah sembilan bulan mengandung, sesuai dengan syarat kelahiran bayi normal, maka pada tanggal 21 Agustus 2017 lalu seorang bayi perempuan lahir dari rahim Siti Aminah. Dengan berat badan berada di kisaran 2,7 Kg dan tinggi 45 cm merupkan ukuran normal untuk seoarang bayi Indonesia. 

Namun hal yang tidak disangka justru terjadi, bayi yang dilahirkan Aminah secara normal dan hanya dibantu seorang bidan, ini mengalami kelainan wajah dan tangan yang agak ceking di bagian lengan.

Melihat kondisi yang demikian, sontak sang suami, Mohamad Pioyo bersama beberapa sanak suadara membawa bayi tersebut ke RS Sanglah untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif. Kondisi ini langsung mendapat penanganan dari RS Sanglah, Denpasar.

Menurut Aminah, sang anak diberikan bantuan pernafasan dan gizi melalui selang yang dihubungkan melalui mulut sang anak. Namun, hingga lima hari dirawat tidak ada penanganan konkret dari pihak rumah sakit. Untuk menghindari membengkaknya biaya, maka Mohamad Pitoyo membawa anaknya kembali pulang secara paksa. Padahal ketika itu tidak diizinkan oleh pihak Rumah Sakit.

Dari hasil pemeriksaan tersebut pihak rumah sakit menyarankan agar dilaksanakan operasi rekonstruksi wajah. Namun, pelaksanaannya harus menunggu bayi berusia 2,5 bulan. Sembari menunggu, dokter menyarankan hendaknya sang anak dibantu dengan alat pernafasan yang harus dibeli oleh orang tua dengan kisaran harga Rp5 juta.

Namun, hingga kini usianya yang telah mnyentuh 24 hari kondisi kesehatan Kirana --begitu sebutan untuk sang anak sangat baik. Bahkan untuk asi maupun susu formula masih bisa dikonsumsi sang anak secara langsung. 

“Jadi kondisinya baik, hanya saja wajahnya ada sedikit kelainan,” paparnya.

Dilanjutkan Aminah bahwa pada tanggal 25 September mendatang ini Vina Raisa Kirana Maharani akan memasuki usia 35 hari, dan ketika itu pula akan dilaksanakan upacara Selapan. Dimana, Selapan merupakan upacara untuk pemotongan rambut sang bayi dalam kepercayaan muslim.

“Khusus untuk laki-laki 40 hari dan untuk perempuan 35 hari,” imbuhnya.

Sebagai seoarang pekerja proyek dan ibu rumah tangga, tentu permasalahan biaya menjadi kendala yang menghambat perawatan yang diberikan kepada sang anak. Keinginan untuk memberikan perawatan maksimal memang menjadi keinginan dan harapan orang tua manapun di dunia ini. 

Namun, apa boleh buat ketika adanya keterbatasan yang dimiliki, pasangan ini berharap agar ada uluran atau bantuan dari pihak terkait guna menunjang pelaksanaan operasi yang akan dilakukan sang anak. “Namun, terlepas dari itu, pihaknya selalu mengucap syukur dan memohon agar sang anak dapat kembali normal seperti manusia pada umumnya,” harapnya. (Riausky/Jpg)

Halaman :

Berita Lainnya

Index