Bagaimana Dokter Mengoperasi Dita, Gajah kecil, di Hutan Riau

Bagaimana Dokter Mengoperasi Dita, Gajah kecil, di Hutan Riau
Tim dokter hewan mengobati Dita di dalam kawasan hutan Talang, karena kondisinya kian menurun.

Konflik gajah dengan manusia, marak terjadi di Riau. Data yang dirangkum Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (YTNTN) menunjukkan ada 17 gajah yang mati pada tahun 2014.

Jumlah kematian gajah menurun di tahun 2015 menjadi tujuh ekor dan dua ekor di tahun 2016. Hingga November 2017, tidak ada gajah yang mati.

Konflik terjadi karena semakin bekurangnya ruang hidup gajah. Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau, Heru Sutmantoro, menyatakan berkurangnya hutan karena dikonversi menjadi perkebunan, dan untuk kebutuhan permukiman, sehingga membuat habitat gajah makin berkurang.

Luas SM Balai Raja secara formal 15.343 hektare, namun hanya kawasan Hutan Talang seluas lebih kurang 200 hektare yang masih ada. Hanya tersisa enam ekor gajah, termasuk Dita dan Seruni, yang hidup di sana.

"Perlindungan gajah penting dilalukan, karena gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) adalah satu satu spesies dilindungi dan sudah tergolong langka. Keberadaan gajah sangat diperlukan untuk penyeimbang ekologi di sini," ujar Heru.

Tapi, bagi sebagian warga di sekitar Balai Raja, gajah dianggap sebagai hewan pengganggu, karena sering masuk ke kawasan pertanian warga.

"Petani terusik juga oleh gajah, karena tanamannya dimakan. Gajah ini mengganggu mereka bercocok tanam. Kalau bisa dicarikan habitat untuk gajah yang tepat, misalnya hutan lindung dipagari, agar gajah tidak masuk ke area pertanian," kata Heriyanto, yang tinggal di dekat suaka margasatwa Balai Raja.

Direktur eksekutif Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo, Yuliantony, menilai masyarakat di sekitar Balai Raja perlu menerapkan konsep berbagi ruang hidup dengan gajah, agar habitat gajah tetap terjaga, dan aktivitas warga juga tidak terganggu.

Kondisi kawasan konservasi di Riau tidak lagi bebas dari aktivitas manusia, sehingga habitat gajah berubah menjadi pemukiman atau perkebunan.

"Manusia dapat hidup di habitat gajah dengan kesadaran bahwa mereka tinggal di wilayah gajah serta membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk bertahan dari konflik tanpa merugikan gajah serta mengalokasikan lahan tertentu di antara aktivitas mereka untuk gajah," ungkap Yuliantony.

Program berbagi ruang dengan gajah sudah diterapkan di Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur. Warga di sekitar taman nasional membangun gubuk penjagaan untuk menghalau gajah liar kembali ke hutan.

Para pegiat lingkungan juga melatih gajah untuk menghindari perburuan.

Sumber: bbc

Halaman :

Berita Lainnya

Index