Begini Beratnya Menjadi Tentara Wanita Korut, Perkosaan Hingga Berhenti Datang Bulan

Begini Beratnya Menjadi Tentara Wanita Korut, Perkosaan Hingga Berhenti Datang Bulan
Presiden Korea Utara Kim Jong Un bersama para tentara wanitanya.

”Karena tidak ada air panas, kami mendapatkan air dari selang yang dihubungkan ke sungai di pegunungan. Nanti, tidak hanya air yang datang. Kadang ada katak dan ular di dalam selang,” sambungnya.

Putri seorang profesor, So Yeon, yang sekarang berusia 41, tumbuh di utara negara ini. Banyak anggota keluarga laki-lakinya adalah tentara.

Ketika kelaparan menghancurkan negara itu pada tahun 1990-an, dia mengajukan diri menjadi anggota. Termotivasi oleh pemikiran tentang asupan makanan yang dijamin setiap hari, ribuan perempuan muda lain melakukan hal yang sama.

”Kelaparan menghasilkan masa yang sangat rentan bagi perempuan di Korut,” kata Jieun Baek, penulis Hidden Revolution Korea Utara.

”Lebih banyak perempuan harus bekerja. Dan, banyak dari mereka mengalami penganiayaan, terutama pelecehan dan kekerasan seksual,” katanya.

Jieun Baek mengatakan kesaksian Lee So Yeon sesuai dengan kisah lain yang telah mereka dengar. Namun, Baek mengingatkan kalau pembelot Korut harus diperlakukan dengan hati-hati.

”Permintaan mengenai cerita dari Korut sangat tinggi. Ada kemungkinan orang akan menceritakan kisah yang berlebihan kepada media terutama bila bayarannya bagus. Banyak pembelot yang sekarang menjual cerita mereka,” kata Baek.

Tentara wanita Korea Utara menunjukkan kemampuannya berbaris dengan senjata lengkap.

Halaman :

Berita Lainnya

Index