Kadinkes Riau Jamin Ketersediaan Obat Untuk Wilayah Banjir Dan Longsor

Kadinkes Riau Jamin Ketersediaan Obat Untuk Wilayah Banjir Dan Longsor
ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Dinas Kesehatan Provinsi Riau menjamin stok obat-obatan mencukupi untuk kebutuhan masyarakat di wilayah terdampak banjir dan tanah longsor.

"Diskes Provinsi Riau miliki bafer stok obat yang cukup untuk didistribusikan kapan saja ke kabupaten/kota khususnya terdampak banjir, " kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir di Pekanbaru, Rabu.

Menurut Mimi biasanya bagi wilayah terdampak banjir untuk kebutuhan obat-obatan terpenuhi dari stok yang ada dulu di kabupaten/kota tersebut.

Selain juga stok obat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)  yang memang melayani proses pengobatan setiap hari.

Selanjutnya jika alami kekurangan maka kabupaten/kota sambung Mimi bisa langsung mengajukan permintaan ke Diskes Provinsi Riau.

"Untuk kebutuhan obat kabupaten/kota punya stok  di masing puskesmas. Apabila terjadi kekurangan mereka bisa mengusulkan karena provinsi memiliki bafer stok cukup," tuturnya.

Ditanya apakah stok akan mencukupi hingga akhir tahun,  dan perlu penambahan Ia menyangakal akan mendatangkan obat karena sebuah ini masih cukup.

Biasanya sambung dia jenis obat yang akan banyak dibutuhkan jenis obat kulit, demam, diare, batuk dan sebagainya yang merupakan penyakit dampak banjir.

Ia juga menyarankan untuk penanggulangan banjir kalau air memang tinggi dan merendam pemukiman,  maka perlu dilakukan evakuasi atau pengungsian ke wilayah dataran tinggi.

Kemudian untuk penanggulangan pascabanjir tim kesehatan dan masyarakt perlu melakukan pemnersihan lingkungan dan gotong-royong.

"Setelah banjir masyarakat diminta membersihkan lingkungan dari genangan air, lumpur. Berperilaku hidup bersih dan sehat setelah banjir harus di terapkan sehingga bisa menekan keterjangkitan, " pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mencatat bencana banjir rop sepanjang tahun 2017 di wilayah setempat telah memakan korban delapan meninggal dunia akibat dihanyutkan air dan 756 warga mengungsi.

"Bencana banjir di tahun 2017 ini telah menyebabkan delapan orang meninggal, seperti di Pelalawan, Indragiri Hulu (Inhu), Rokan Hulu (Rohul) dan Pekanbaru," kata Kepala BPBD Provinsi Riau Edwar Sanger.

Ia menjelaskan korban meninggal dunia bukan akibat diterjang banjir namun saat melakukan aktifitas di bantaran sungai sehingga tidak bisa berenang.

"Itu korban hanyut, mereka menyeberang sungai namun tidak bisa berenang," katanya.

Selain korban jiwa sambung Edwar bencana banjir yang melanda Riau pada awal tahun ini juga telah mengakibatkan rumah warga terendam air.
Sehingga masyarakat terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan tenda yang sudah disediakan BPBD dan tim satuan tugas bersama TNI.

Dia mengatakan, 756 jiwa yang mengungsi itu berasal dari Kabupaten Indragiri Hilir, Kampar, Rokan Hulu dan Pelalawan.

"Tentunya ada ribuan rumah terendam serta terdampak  bencana banjir di berbagai kabupaten lain di Provinsi Riau," tuturnya.

Selain banjir sambung Edwar tanah longsor juga telah mengancam mengisolir delapan desa di Riau yakni di Kecamatan Kampar Kiri Hulu dan Kampar Kiri.Dinas Kesehatan Provinsi Riau menjamin stok obat-obatan mencukupi untuk kebutuhan masyarakat di wilayah terdampak banjir dan tanah longsor.

"Diskes Provinsi Riau miliki bafer stok obat yang cukup untuk didistribusikan kapan saja ke kabupaten/kota khususnya terdampak banjir, " kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir di Pekanbaru, Rabu.

Menurut Mimi biasanya bagi wilayah terdampak banjir untuk kebutuhan obat-obatan terpenuhi dari stok yang ada dulu di kabupaten/kota tersebut.

Selain juga stok obat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)  yang memang melayani proses pengobatan setiap hari.

Selanjutnya jika alami kekurangan maka kabupaten/kota sambung Mimi bisa langsung mengajukan permintaan ke Diskes Provinsi Riau.

"Untuk kebutuhan obat kabupaten/kota punya stok  di masing puskesmas. Apabila terjadi kekurangan mereka bisa mengusulkan karena provinsi memiliki bafer stok cukup," tuturnya.

Ditanya apakah stok akan mencukupi hingga akhir tahun,  dan perlu penambahan Ia menyangakal akan mendatangkan obat karena sebuah ini masih cukup.

Biasanya sambung dia jenis obat yang akan banyak dibutuhkan jenis obat kulit, demam, diare, batuk dan sebagainya yang merupakan penyakit dampak banjir.

Ia juga menyarankan untuk penanggulangan banjir kalau air memang tinggi dan merendam pemukiman,  maka perlu dilakukan evakuasi atau pengungsian ke wilayah dataran tinggi.

Kemudian untuk penanggulangan pascabanjir tim kesehatan dan masyarakt perlu melakukan pemnersihan lingkungan dan gotong-royong.

"Setelah banjir masyarakat diminta membersihkan lingkungan dari genangan air, lumpur. Berperilaku hidup bersih dan sehat setelah banjir harus di terapkan sehingga bisa menekan keterjangkitan, " pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mencatat bencana banjir rop sepanjang tahun 2017 di wilayah setempat telah memakan korban delapan meninggal dunia akibat dihanyutkan air dan 756 warga mengungsi.

"Bencana banjir di tahun 2017 ini telah menyebabkan delapan orang meninggal, seperti di Pelalawan, Indragiri Hulu (Inhu), Rokan Hulu (Rohul) dan Pekanbaru," kata Kepala BPBD Provinsi Riau Edwar Sanger.

Ia menjelaskan korban meninggal dunia bukan akibat diterjang banjir namun saat melakukan aktifitas di bantaran sungai sehingga tidak bisa berenang.

"Itu korban hanyut, mereka menyeberang sungai namun tidak bisa berenang," katanya.

Selain korban jiwa sambung Edwar bencana banjir yang melanda Riau pada awal tahun ini juga telah mengakibatkan rumah warga terendam air.
Sehingga masyarakat terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan tenda yang sudah disediakan BPBD dan tim satuan tugas bersama TNI.

Dia mengatakan, 756 jiwa yang mengungsi itu berasal dari Kabupaten Indragiri Hilir, Kampar, Rokan Hulu dan Pelalawan.

"Tentunya ada ribuan rumah terendam serta terdampak  bencana banjir di berbagai kabupaten lain di Provinsi Riau," tuturnya.

Selain banjir sambung Edwar tanah longsor juga telah mengancam mengisolir delapan desa di Riau yakni di Kecamatan Kampar Kiri Hulu dan Kampar Kiri.Dinas Kesehatan Provinsi Riau menjamin stok obat-obatan mencukupi untuk kebutuhan masyarakat di wilayah terdampak banjir dan tanah longsor.

"Diskes Provinsi Riau miliki bafer stok obat yang cukup untuk didistribusikan kapan saja ke kabupaten/kota khususnya terdampak banjir, " kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir di Pekanbaru, Rabu.

Menurut Mimi biasanya bagi wilayah terdampak banjir untuk kebutuhan obat-obatan terpenuhi dari stok yang ada dulu di kabupaten/kota tersebut.

Selain juga stok obat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)  yang memang melayani proses pengobatan setiap hari.

Selanjutnya jika alami kekurangan maka kabupaten/kota sambung Mimi bisa langsung mengajukan permintaan ke Diskes Provinsi Riau.

"Untuk kebutuhan obat kabupaten/kota punya stok  di masing puskesmas. Apabila terjadi kekurangan mereka bisa mengusulkan karena provinsi memiliki bafer stok cukup," tuturnya.

Ditanya apakah stok akan mencukupi hingga akhir tahun,  dan perlu penambahan Ia menyangakal akan mendatangkan obat karena sebuah ini masih cukup.

Biasanya sambung dia jenis obat yang akan banyak dibutuhkan jenis obat kulit, demam, diare, batuk dan sebagainya yang merupakan penyakit dampak banjir.

Ia juga menyarankan untuk penanggulangan banjir kalau air memang tinggi dan merendam pemukiman,  maka perlu dilakukan evakuasi atau pengungsian ke wilayah dataran tinggi.

Kemudian untuk penanggulangan pascabanjir tim kesehatan dan masyarakt perlu melakukan pemnersihan lingkungan dan gotong-royong.

"Setelah banjir masyarakat diminta membersihkan lingkungan dari genangan air, lumpur. Berperilaku hidup bersih dan sehat setelah banjir harus di terapkan sehingga bisa menekan keterjangkitan, " pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mencatat bencana banjir rop sepanjang tahun 2017 di wilayah setempat telah memakan korban delapan meninggal dunia akibat dihanyutkan air dan 756 warga mengungsi.

"Bencana banjir di tahun 2017 ini telah menyebabkan delapan orang meninggal, seperti di Pelalawan, Indragiri Hulu (Inhu), Rokan Hulu (Rohul) dan Pekanbaru," kata Kepala BPBD Provinsi Riau Edwar Sanger.

Ia menjelaskan korban meninggal dunia bukan akibat diterjang banjir namun saat melakukan aktifitas di bantaran sungai sehingga tidak bisa berenang.

"Itu korban hanyut, mereka menyeberang sungai namun tidak bisa berenang," katanya.

Selain korban jiwa sambung Edwar bencana banjir yang melanda Riau pada awal tahun ini juga telah mengakibatkan rumah warga terendam air.
Sehingga masyarakat terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan tenda yang sudah disediakan BPBD dan tim satuan tugas bersama TNI.

Dia mengatakan, 756 jiwa yang mengungsi itu berasal dari Kabupaten Indragiri Hilir, Kampar, Rokan Hulu dan Pelalawan.

"Tentunya ada ribuan rumah terendam serta terdampak  bencana banjir di berbagai kabupaten lain di Provinsi Riau," tuturnya.

Selain banjir sambung Edwar tanah longsor juga telah mengancam mengisolir delapan desa di Riau yakni di Kecamatan Kampar Kiri Hulu dan Kampar Kiri.

Halaman :

Berita Lainnya

Index