Di Selandia Baru, Pegawai Cukup Kerja 4 Hari Dalam Sepekan

Di Selandia Baru, Pegawai Cukup Kerja 4 Hari Dalam Sepekan
ilustrasi

HARIANRIAU.CO -  Perasaan siapa yang tak gembira jika pimpinan perusahaan tiba-tiba mewajibkan pekerjanya ngantor cukup empat hari saja dalam sepekan? Itulah yang kini dirasakan para pegawai Perpetual Guardian, perusahaan jasa keuangan dan perencana perumahan di Selandia Baru.

Pendiri dan pimpinan Perpetual Guardian Andrew Barnes belum lama ini mengumumkan kebijakan fenomenal tersebut. Tak ayal, kaget, senang, dan bahagia langsung menghinggapi benak para pegawai. Apalagi meski hanya kerja empat hari kerja, gaji mereka tak akan dipotong sedikit pun.

Langkah Perpetual Guardian ini merupakan yang pertama kali dilakukan perusahaan besar di Selandia Baru. Perusahaan itu ingin menciptakan tempat kerja yang sesuai untuk abad ke-21. Dengan kebijakan itu, perusahaan ingin memberi para karyawannya keseimbangan antara kerja dan kehidupan.

Kirsten Taylor, 39, manajer layanan filantropi di Perpetual Guardian, mengaku kaget saat mendengar berita itu. “Saat ini diumumkan, ada yang tertawa khawatir. Perasaan ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan,” ujar Taylor, perempuan dengan putra berusia 21 bulan.

Selama ini anak Taylor dititipkan di sebuah tempat penitipan anak dari pukul 7.30 pagi hingga 4.30 sore. Dengan kebijakan ini, Taylor yang orang tua tunggal ini dapat menghemat pengeluaran sehingga dananya bisa digunakan untuk cicilan rumah di Auckland.

Yang membuatnya tambah bahagia, dia memiliki tambahan hari bersama putranya. “Kebijakan ini tak pernah saya dengar sebelumnya,” papar Taylor seperti dikutip The Guardian.

Saat mengumumkan uji coba selama enam pekan pada lebih dari 200 pegawai di 16 kantor di segenap penjuru Selandia Baru, Andrew Barnes mengakui reaksi dari pegawai adalah banyak yang terkejut. Pria asal Inggris itu berharap aturan baru ini dapat memberikan hari tambahan bagi pegawai bersama keluarga.

Selain itu pegawai bisa menyalurkan hobi dan menjaga keseimbangan hidup yang membuat mereka lebih fokus saat empat hari kerja di kantor. Jika masa percobaan ini efektif, kebijakan baru ini akan diterapkan seterusnya oleh Perpetual Guardian mulai 1 Juli.

Dia meyakini jika perusahaan memberikan waktu yang cukup bagi keluarganya, hal itu justru akan berdampak optimal saat jam kerja. “Saya melakukan ini karena ini hal yang tepat untuk dilakukan,” ujar Barnes. Profesor Elizabeth George, pakar praktik kerja nonstandar di Universitas Auckland, berniat memantau uji coba Barnes ini dengan cermat.

Jika uji coba ini sukses, hal itu berpotensi diterapkan secara meluas. “Kita hanya mendapat satu kehidupan, jangan habiskan ini semua di pekerjaan,” tuturnya mendukung kebijakan empat hari kerja tersebut. Bagi dia, Selandia Baru harus merumuskan indikasi sukses.

Menurut dia, pegawai lebih bahagia, lebih sehat, dan bekerja dengan baik itu samasama lebih baik. Warga Selandia Baru biasa bekerja rata-rata 1.752 jam per tahun sehingga membuat mereka mendekati rata-rata jam kerja di negara-negara kelompok Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Warga Jerman bekerja dengan jam kerja paling sedikit per tahun sebesar 1.363 jam, diikuti Denmark, Norwegia, dan Belanda.

sumber: sindonews

Halaman :

Berita Lainnya

Index