Rakyat Riau Pernah Berdarah-darah Rebut Bandara Simpangtiga dari Penjajah Belanda

Rakyat Riau Pernah Berdarah-darah Rebut Bandara Simpangtiga dari Penjajah Belanda
Presiden Soekarno ke Bandara Simpangtiga. (foto: dok.tni au via detikcom)

Pada 2 Juli 1946, pesawat terbang B-25 (Mtchel) jenis bomber/starff milik Belanda berputar-putar di landasan dan terus terbang rendah sembari menyiramkan pelurunya ke landasan. Serangan ini langsung disambut dengan serangan balasan oleh anak buah Sersan Abdul Manaf. Jabatan Abdul Manaf saat itu sebagai komandan tegu yang ditugaskan mengamankan lapangan udara Simpangtiga.

Belasan tembakaan yang dilakukan pasukan Abdul Manaf, membuat pesawat Belanda tak bisa terbang lagi. Pesawat itu akhirnya tergelincir dan menabrak onggokan beton bekas kubu pertahanan yang telah tertutup rerumputan.

"Dalam pesawat itu ada 11 orang tentara Belanda yang mati. Ada satu orang yang hidup, saat itu dibawa ke Bukittinggi Sumatera Barat, untuk mendapatkan perawatan," ujarnya.

Pada 4 Juli 1946, Opsir Muda Udara M Jacoeb datang bersama rombongan dari Komendemen Sumatera yang terdiri dari Letkol Abdullah Kartawirana, Kol Moh Nuh, Kol Abunjani. Mereka mendapat tugas untuk memperbaiki semua kondisi lapangan udara di Sumatera.

Ketika pemuda di Pekanbaru kehilangan semangat juang akibat agresi I Belanda, awal Juli 1948, Presiden Soekarno untuk pertama kalinya mendarat di lapangan udara Pekanbaru. Kedatangannya dengan menggunakan pesawat RI 002 milik pemerintah Indonesia. Kedatangan Soekarno disambut hangat para pemuda dan para tentara Indonesia.

Soekarno datang dengan ciri khas bajunya yang serba putih berkopiah hitam. Kedatangannya membuat semangat para pejuang kala itu. Soekarno menginap di rumah Residen Riau RM Utoyo. Di sepanjang jalan dari lapangan terbang Simpang Tiga rakyat menyambutnya dengan teriakan ”merdeka”.

Kini, lapangan udara Simpang Tiga sudah berubah nama menjadi Sultan Syarif Kasim II sebagai bentuk penghormatan atas kiprahnya turut andil lahirnya lapangan udara itu. Landasan Bandara SSK II Pekanbaru hingga masih juga digunakan sebagai landasan untuk pesawat tempur TNI AU. Kini Lanud Roesmin Nurjadin berkembang sebagai pangkalan udara pertahanan Indonesia bagian Barat.

Sejak Agustus 2018, Lanud Roesmin Nurjadin dikomandoi Kolonel Penerbang Ronny Irianto Moningka ST. MM (menunggu kenaikan pangkat menjadi marsekal pertama).

Lanud Roesmin Nurjadin, memiliki Skadron 12 dengan pesawat tempur jenis Hawk dan Skadron 16 dengan jenis pesawat F16. Komandan Skadron 12, Letkol Pnb Asri Effendy Rangkuti, Komandan Skadorn F16 dimpimpin Letkol Pnb Bambang Apriyanto, Komandan Skadron Teknik 045 Letkol Tes Aris Purwana.

Ditambah lagi, Batalyon Komando 462/Paskhas dengan moto Pulanggeni. Danyon Paskhas 462, Letkol Pas M Arif Zainudin. Pasukan Khas ini di bawah Komando Wing I Paskhas dengan tugas mempertahankan pangkalan, alutsista, instalasi TNI AU. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index