Terpisah Dari Induknya

BKSDA Riau Rawat Tiga Ekor Anak Beruang Madu Yang Terlantar

BKSDA Riau Rawat Tiga Ekor Anak Beruang Madu Yang Terlantar
Ilustrasi/Int

HARIANRIAU.CO - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau kini merawat tiga bayi beruang madu liar yang sebelumnya terlantar karena terpisah dari induknya.

Berdasarkan pantuan, Selasa, tiga ekor bayi beruang itu kini ditempatkan di kandang terpisah di klinik transit BBKSDA Riau di Kota Pekanbaru. Ketiganya dalam kondisi sehat, aktif dan akrab dengan manusia.

Tim medis BBKSDA Riau memberi mereka makan susu bayi lewat botol dan buah-buahan. "Dalam tiga bulan terakhir sejak Agustus, kami menerima bayi beruang madu. Jadi setiap bulan ada satu ekor yang dikirim ke sini," kata Dokter Hewan BBKSDA, Rini Deswita dilansir Antara.

Petugas sudah memberi nama bagi setiap bayi beruang yang masing-masing diperkirakan berusia dua hingga tiga bulan itu. Rini menjelaskan, bayi beruang pertama datang pada bulan Agustus dari Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, dan diberi nama Marsha. Beruang betina yang diperkirakan berusia tiga bulan itu terpisah dari induknya dan diserahkan oleh warga ke BBKSDA Riau.

Dua beruang lainnya berasal dari hutan tanaman industri PT Arara Abadi di Kabupaten Siak dan Pelalawan. Satu ekor yang diterima pada bulan September diberi nama Madu, dan berkelamin jantan.

"Ketika tiba, Madu kondisi badannya lemah dan sempat dirawat karena tidak mau makan," katanya.
    
Sedangkan, bayi beruang yang terakhir datang pada bulan Oktober diberi nama Cemong dan diperkirakan baru berusia dua bulan. Bayi beruang itu juga terlihat belum terbiasa minum susu pakai dot dari botol.
    
"Bayi beruang ini minum susu dari botol hingga usia 15 sampai 18 bulan. Untuk selanjutnya akan dilepasliarkan ketika usia dua tahun, karena pada umur itu mereka bisa mandiri," katanya.
    
Sebelumnya, Tim Forest Protection Arara Abadi bersama Tim Patroli Smart Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo mengevakuasi seekor bayi beruang madu liar dari area hutan tanaman industri perusahaan di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada awal Oktober lalu.
    
"Iya benar, bayi beruang itu ditemukan oleh pekerja kontraktor kita dan kita melakukan sesuai prosesdur standar operasi untuk menyelamatkannya," kata Humas PT Arara Abadi-Sinar Mas Forestry, Nurul Huda, ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Senin (8/10).
    
Direktur Eksekutif Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Yuliantoni, mengatakan tim patroli yayasan mengetahui ada bayi beruang madu tersebut pada tanggal 5 Oktober lalu. Satwa bernama latin helarctos malayanus tersebut sempat dipelihara oleh pekerja perusahaan yang menemukannya.
    
Bahkan, pekerja tersebut juga memberi makan susu kepada satwa yang dilindungi itu. "Bayinya sehat, dan terlihat aktif. Tapi kita belum melakukan pemeriksaan lebih dalam mengenai perkiraan umur dan kelaminnya, karena kita sekadar merawatnya. Nanti dokter hewan BBKSDA yang akan memeriksanya," ujar Yuliantoni.
    
Ia menduga bayi beruang madu itu terpisah dari induknya karena konflik di habitatnya. Lokasi penemuan satwa itu sedang ada aktivitas penebangan di hutan tanaman industri (HTI) Arara Abadi.
    
Menurut dia, beruang merupakan binatang yang bersifat soliter atau penyendiri, dan ketika ada penebangan menggunakan gergaji mesin dan alat berat, kemungkinan induk beruang yang ada disekitar area itu mengalami stres dan ketika menghindar bayinya tertinggal.
    
"(Kasus) ini disebabkan oleh konflik karena itu kemungkinan home range (area jelajah) beruang, dan kita lupa lihat kondisi sekitar," katanya.
    
Menurut dia, sejauh ini perusahaan industri kehutanan sebenarnya sudah menerapkan kewajiban membuat kawasan lindung atau kawasan bernilai konservasi tinggi di konsesi HTI. Namun, kondisi kawasan itu terpisah-pisah sehingga perlu dipikirkan juga membuat koridor yang menghubungkannya untuk keamanan satwa dan manusia.
    
Selain itu, ia menilai perusahaan perlu memperbanyak tim khusus untuk memitigasi konflik satwa dengan manusia.
    
"Kalau ada tim khusus itu dan ada kawasan konservasi, dia (beruang) bisa berlindung di sana," katanya.
    
Ia menambahkan, populasi beruang madu di area konsesi perusahaan tersebut cukup banyak sehingga upaya lebih untuk mitigasi konflik sangat diperlukan.

Halaman :

Berita Lainnya

Index