Penampakan Dildo Pertama di Dunia, dari Pisang Hingga Batu

Penampakan Dildo Pertama di Dunia, dari Pisang Hingga Batu
Bahan yang digunakan untuk membuat dildo di antaranya: batu, kulit atau kayu. Dildo pertama di dunia ditemukan di Jerman (Universitat Tubingen)

HARIANRIAU.CO - Di dunia modern, mainan seks seperti vibrator dianggap punya satu tujuan: membawa kenikmatan. Dahulu, vibrator diciptakan sebagai alat kontrol laki-laki atas seksualitas perempuan.

Dildo pertama di dunia: Serba alami

Dari pisang mentah hingga kotoran unta kering dilapisi resin – inilah alat bantu seksual buatan orang Yunani kuno dan Mesir purbl. Bahan yang digunakan untuk membuat dildo di antaranya: batu, kulit atau kayu. Dildo pertama di dunia ditemukan di Jerman. Usianya sekitar 28.000 tahun. Objek batu sepanjang 20 cm itu tidak hanya digunakan sebagai mainan seks, tetapi juga untuk menyalakan api.

Dildo, seks, seksual, Dr. Joseph Mortimer Granville dari Inggris, mempatenkan vibrator elektromekanis pertama pada tahun 1880-an (Collection of Bakken Museum)
Terbuka lebar untuk kenikmatan

Dikutip harianriau.co dari laman pojoksulsel.id, dildo diperkirakan sudah ada sejak 1400 tahun sebelum Masehi. Berasal dari kata Latin “dilatare”, yang berarti “untuk membuka lebar” dan dalam bahasa Italia disebut “diLetto”, yang berarti “menyenangkan.” Pada zaman Renaisans, alat bantu seksual tersebut biasanya terbuat dari kulit. Sementara, minyak zaitun digunakan sebagai pelumas.

Libido perempuan? Ini histeria!

Hingga sekian lamanya. hubungan seksual diartikan sebagai upaya penetrasi sampai orgasme pria tercapai. Pandangan umum ini dulu mengabaikan kebutuhan seksual perempuan atas orgasme. Strategi pria? Mencap hasrat perempuan sebagai ‘penyakit jiwa’ yang disebut “histeria”. Resep yang ditawarkan: pernikahan dan harta. Makna “histeria” berubah seiring zaman.

Meja Manipulator, pengendali orgasme perempuan

Histeria yang dianggap ‘penyakit jiwa’ saat itu mewabah. Kemana harus pergi ketika Anda’ sakit ‘ini? Ke dokter atau bidan. Mereka akan melakukan pijat genital untuk “menyembuhkan” histeria. Karena tidak ada yang benar-benar ingin memainkan jari jemari mereka pada alat kelamin perempuan, maka konsumsi “alat bantu“ pun melonjak.

Dari kaku hingga bergetar: dildo dan vibrator

Perempuan kaya secara rutin “berobat“ mengatasi “penyakit“ histeria-nya. “Dokterpun menyadari kebutuhan untuk membuat “pengobatannya” lebih efisien dan manjur. Dr. Joseph Mortimer Granville dari Inggris, mempatenkan vibrator elektromekanis pertama pada tahun 1880-an. Dengan temuan itu, orgasme wanita bisa dicapai dalam tempo 10 menit.

“Membantu Kesehatan” dan kebahagiaan ibu rumah tangga

Pada penghujung abad ke-20, perusahaan memproduksi vibrator untuk penggunaan pribadi. Di samping produk ceret teh, toaster roti dan mesin jahit, dildo diiklankan di majalah-majalah perempuan sebagai “alat bantu kesehatan”. Dokter tidak mengembangkan dildo secara serius karena takut jika perempuan tak lagi membutuhkan lelaki untuk orgasme. Ternyata, priapun tidak membutuhkan perempuan untuk itu.

Takut kehilangan seksualitas perempuan

Sejak 1920, vibrator tak lagi disamarkan sebagai alat bantu kesehatan, setelah digunakan sebagai mainan seks di film porno. Tahun 1950, riset Kinsey membuktikan sesuatu yang saat itu tak terbantahkan: bahwa lebih dari 70% perempuan tidak mengalami orgasme murni melalui penetrasi pria. Ini menguntungkan produsen vibrator, yang dalam strategi iklannya menjanjikan 50 kali orgasme berturut-turut.

Beragam mainan seks modern

Di masa kini, beragam mainan seks dijual dalam berbagai bentuk dan mudah ditemukan di toko-toko untuk orang dewasa. Peruntukannya secara umum adalah untuk membantu meningkatkan kepuasan seksual pasangan maupun diri sendiri

Halaman :

Berita Lainnya

Index