Gadis 18 Tahun Terima Pesan Cabul dari Mantan Guru di Malam Pengantin

Gadis 18 Tahun Terima Pesan Cabul dari Mantan Guru di Malam Pengantin

HARIANRIAU.CO - Guru bertanggung jawab untuk mengajar anak-anak cara membaca, menulis, dan menjadi orang baik. Dan bagi sebagian orang, itu adalah ikatan yang dibagikan bahkan bertahun-tahun setelah kelulusan. Tetapi beberapa berpikir mereka dapat menggunakannya untuk mengambil keuntungan dari siswa.

Menyusul gerakan #MeToo di mana perempuan berbicara di media sosial menentang pelecehan seksual, satu orang berbagi kisahnya tentang perilaku yang tidak pantas oleh mantan gurunya pada malam pernikahannya.

Dia menulis, “Saya tidak yakin apakah ini normal bagi sebagian orang, tetapi saya merasa tidak nyaman ketika guru saya berbicara kepada saya dengan cara ini. Saya masih memandang diri saya sebagai muridnya, meskipun saya sudah selesai sekolah. Dia mengirimi saya pesan setiap hari, mencoba menelepon saya, memberi tahu saya bahwa dia merindukan saya ... dan dia punya istri dan anak-anak!"

Gadis itu juga menampilkan tangkapan layar percakapannya dengan gurunya.

Dia melanjutkan, “Awalnya saya pikir dia hanya bercanda, tetapi ketika dia berbicara tentang ejakulasi, saya merasa jijik. Beberapa teman saya menerima pesan serupa, tetapi tidak secara langsung dan cabul seperti yang dia kirim ke saya.”

Dikutip harianriau dari laman rakyatku, dia mengatakan bahwa dia menggoda temannya sampai mengundang dia untuk bertemu di Kuantan.

Beberapa warganet berpikir bahwa seharusnya dia tidak menjawab.

"Kamu seharusnya mengabaikannya jika kamu tahu dia punya istri," tulis seorang warganet.

Namun ini dibalasl warganet lain, yang menyatakan bahwa dia hanya berusaha untuk tidak bersikap kasar, karena menghormati guru.

Warganet lainnya lagi, berbagi pengalamannya sendiri ketika gurunya mulai menggoda dan membuat komentar cabul tentang payudaranya.

"Anda tidak sendiri. Guru saya juga melecehkan saya dan meminta saya untuk menikah dengannya, kemudian berbicara tentang hal-hal yang tidak pantas dengan saya, seperti payudara saya,” ungkapnya.

Budaya kesetaraan dan rasa hormat perlu ditanamkan dalam masyarakat kita, dan pelecehan tidak boleh dilihat sebagai lelucon atau hal-hal yang ditertawakan.

Halaman :

Berita Lainnya

Index