Mengenang Rel Kereta Api Di Pekanbaru Yang Menjadi Sejarah Kelam Bangsa Indonesia

Mengenang Rel Kereta Api Di Pekanbaru Yang Menjadi Sejarah Kelam Bangsa Indonesia

HARIANRIAU.CO, PEKANBARU - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menggagas pembangunan rel kereta api di Sumatera. Jalurnya nanti akan melewati Riau.

Jauh sebelumnya di jaman penjajahan Jepang, rel kereta pernah dibangun di Riau. Menghubungkan Pekanbaru hingga Sijunjung, Sumbar, pembangunan rel sepanjang 220 KM ini menyimpan catatan sejarah sedih bagi bangsa Indonesia.

Cagar Budaya Monumen Kereta dan Taman Makam Pahlawan Kerja menjadi saksi penderitaan para pekerja Romusha. Bangsa Indonesia dipaksa membangun rel kereta api terpendek dengan korban jiwa terbesar.

Cagar budaya yang berlokasi di Jalan Kaharuddin Nasution  Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru cukup strategis. Tepat di pinggir jalan dan tidak jauh dari Bandara  Internasional Sultan Syarif Kasim II.

Memasuki gerbangnya suasana cukup tenang. Tampak ada seorang penjaga makam yang berada di pos.

"Silakan melihat-lihat dan berfoto. Tapi jangan manjat ke tempat kereta ya," ujar penjaga makam bernama Anto ini seperti dilansir halloriau.com.

Mengelilingi area makam terlihat lingkungan sekitar bersih dan terawat. Terhitung ada 21 makan yang ada di sini.

Kondisi makan juga bervariasi. Ada yang sudah di keramik dengan nisan bertuliskan nama yang wafat. Ada juga yang masih sederhana, sekedar diberi penanda makam.

Di belakang makan, terdapat monumen kereta api. Gerbong kereta api berwarna hitam diletakkan lebih tinggi dari sekitarnya.

"Tidak boleh dipanjat, karena khawatir akan merusak monumen ini. Kadang ada yang usil juga," ungkap Anto.

Anto bertugas menjaga makam ini selama setengah hari. Kemudian akan datang petugas lain menggantikan nya dari siang sampai sore.

Momen ini diresmikan oleh Gubernur Riau, HR Subrantas pada 12 Agustus 1978. Momen ini adalah sebagai bentuk penghormatan kepada para pekerja romusha yang tewas saat membangun jalur kereta dari tahun 1943-1945.

"Masuk ke sini gratis. Yang penting tetap menjaga lingkungan agar tidak kotor," kata Anto. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index