Penderitaan Tahanan ISIS, Tubuh Kurus Kering hingga Luka Tak Diobati

Penderitaan Tahanan ISIS, Tubuh Kurus Kering hingga Luka Tak Diobati
Beberapa tahanan adalah remaja, dan tidak satu pun dari mereka yang berada di bawah matahari bahkan sebulan sekali atau lebih | SCMP

HARIANRIAU.CO - Di balik sel tahanan di Al-Hasakah yang penuh sesak, para narapidana dari anggota Negara Islam (ISIS) tampak saling berdesakan berbaring di lantai penjara yang dingin. 

Dengan seragam penjara yang berwarna oranye, tubuh kurus para tahanan ISIS pun semakin terlihat dengan jelas. Meskipun ruangan sel tampak ramai, tetapi orang di luar sel bisa melihat bagaimana mata mereka terlihat kosong dan seperti haus dengan udara kebebasan.

Namun, di balik penuhnya fasilitas penahanan yang dipimpin pasukan Kurdi di Suriah timur laut ini, ada kekhawatiran terlebih setelah invansi yang dilancarkan oleh Turki. 

Pertanyaan apakah sel baja tersebut cukup kuat untuk menahan para tahanan anggota ISIS menjadi ancaman besar atas kekacauan yang ditimbulkan oleh pasukan Turki. Tentu saja, jika tentara Recep Tayyip Erdogan terus memborbardir Suriah, tahanan ISIS pastinya berkesempatan untuk menjebol penjara demi kebebasan.

Meski begitu, kondisi para tahanan anggota ISIS ini tetap menjadi sorotan bagi media terlepas bagaimana mereka telah membantai ribuan warga di berbagai wilayah yang sempat diduduki kelompok ekstremis ini. Pasalnya, dengan jumlah narapidana yang mencapai sekitar 5 ribu orang, penjara di Al-Hasakah ini tentu saja semakin kesulitan untuk menampung para tahanan.

Nasib para tahanan 'jihad' ini pun makin tidak jelas lantaran puluhan negara tempat asal para anggota ISIS tidak mau mereka bebas atau kembali ke kampung halaman mereka.

Tidak hanya banyak tahanan yang tampak hanya tulang terbungkus kulit, tetapi beberapa dari mereka juga hanya bisa duduk di lantai. Pasalnya, hanya narapidana beruntung yang bisa memiliki kasur untuk berbaring. Dari luar sel, tampak pula dengan jelas luka-luka amputasi atau perban yang menganga dari beberapa tahanan. 

Keadaan sel juga semakin memperparah kondisi para tahanan, termasuk bagaimana setiap sel hanya dilengkapi dengan satu jamban yang terletak di sudut ruangan.

Bau penjara pun makin menyengat saat berada di bangsal medis di mana setibanya di pintu, para pengunjung akan menerima sebuah masker untuk menutupi hidung mereka. Klinik ini juga tak kalah sesaknya dengan sel-sel penjara lainnya. Saking sesaknya, seorang lelaki tua dengan tongkat kruknya tampak berjalan dengan susah payah menembus kerumunan tahanan lain.

Hampir sepertiga populasi penjara sakit dan membutuhkan perawatan untuk berbagai luka dan kondisi termasuk hepatitis dan AIDS. Namun, hanya sekitar 300 dari mereka yang bisa bermalam di bangsal medis. Di antaranya tahanan yang beruntung adalah Aballah Nooman, seorang warga Belgia berusia 24 tahun yang akhirnya bisa mengangkat kausnya untuk menunjukkan luka yang dideritanya.

"Organ-organ saya terluka,” katanya, menjelaskan bahwa ia menderita luka karena seorang rekan jihadis yang secara tidak sengaja menembaknya.

Tidak hanya itu, dari ribuan narapidana, beberapa di antaranya adalah remaja, dan tidak satu pun dari mereka yang mungkin mempunyai kesempatan merasakan sengatan sinar matahari walau hanya sekali saja.

Terisolasi dengan dunia luar, para tahanan tersebut benar-benar tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang apa yang terjadi di luar. Hari-hari mereka hanya diisi dengan salat serta membolak-balikkan manik-manik tasbih. Pun, para tahanan tersebut pastinya belum mendengar bahwa pada hari Minggu (27/10) lalu, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump telah mengumumkan kematian pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi dalam serangan AS di Suriah barat laut.

"Mereka sama sekali tidak memiliki kontak dengan dunia luar," kata gubernur penjara, yang memberikan namanya sebagai Serhat dan meminta agar lokasi tepat penjara dirahasiakan oleh media.

Sebagian besar narapidana yang telah dijejalkan ke pusat penahanan Provinsi Hasakeh dan sekitar enam penjara lain yang terletak di wilayah yang dikuasai Kurdi adalah mereka yang terlihat tertatih-tatih untuk menyerah hanya beberapa bulan yang lalu. Saat itu pun, para anggota ISIS ini diketahui dalam kondisi kelaparan serta terluka.

“Saya ingin meninggalkan penjara dan kembali ke rumah untuk keluarga saya. Saya ingin kembali ke Inggris,” ucap salah satu narapidana berusia 22 tahun Aseel Mathan.

Sementara, Bassem Abdel Azim, seorang keturunan Belanda-Mesir berusia 42 tahun, menuturkan penyesalannya karena telah bergabung dan sempat menipu istrinya agar mau pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Kini, selain mendekam di penjara dalam keadaan terluka, Azim juga tidak tahu di mana keberadaan istri dan kelima anak mereka.

“Aku ingin melihatnya (istri) lagi. Mereka dapat menggantung saya setelah itu, saya hanya ingin mengatakan kepadanya bahwa saya menyesal telah membawa mereka ke negara yang sedang berperang," ucap Azim seperti dilansir SCMP pada Rabu (30/10).

Sumber: Akurat.co/gil

Halaman :

Berita Lainnya

Index