Kapolri Sesalkan Tragedi Meranti Hanya Karena Terjebak Asmara

Kapolri Sesalkan Tragedi Meranti Hanya Karena Terjebak Asmara
Kapolri Jenderal Tito Karnavian

HARIANRIAU.CO, JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyayangkan peristiwa di Mapolresta Meranti pada Kamis (25/8) dini hari. Pasalnya dua nyawa melayang lantaran terjebak dalam persoalan asmara.

"Ada peristiwa anggota polisi yang dibunuh karena hanya rebutan perempuan kalau saya tidak salah dan kemudian pelakunya ditangkap. Kemudian pelakunya ini katanya melakukan perlawanan sehingga kemudian dilakukan upaya kekerasan sehingga akhirnya meninggal dunia," ujar Tito di Mabes Polri Jakarta Selatan,dilansir Republika. (26/8).

Tito berujar saat ini kondisi di Mapolresta Meranti sendiri telah kondusif. Hanya masih tidak habis pikir dalam benaknya peristiwa tersebut bisa terjadi antara anggota kepolisian dan masyarakat. 

"Iya di Meranti prinsipnya situasi sudah kondusif. Cuma saya menyesalkan peristiwa ini terjadi. Seharusnya tidak perlu terjadi yang seperti itu," ujar Tito. 

Meski demikian Tito memaparkan peristiwa tersebut harus diusut tuntas. Sehingga kemudian dapat menjelaskan pas masyarakat agar tidak lagi marah tentang peristiwa yang sebenarnya.

Apalagi kata dia tentang awal mula pelaku pembunuhan Brigadir Adil Tambunan, yakni Apri Andi Pratama yang tewas setelah tertangkap oleh polisi. Inilah puncak kemarahan warga yang curiga pegawai honorer ini dianiaya oleh teman-teman Brigadir Adil setelah ditangkap.

"Ini yang harus kita perjelas sehingga akhirnya masyarakat di sana marah dan kemudian mempertanyakan kenapa ini sampai meninggal dunia di tangan polisi," kata Tito. 

Tito sendiri menekankan keras perihal programcommader wish-nya. Yang mana memerintahkan kepada seluruh jajarannya untuk tidak melakukan kekerasan eksesif yang berlebihan kepada siapapun termasuk pelaku kejahatan.

"Saya minta kepada anggota juga di seluruh jajaran kepolisian sekali lagi commander wish saya tidak boleh melakukan kekerasan eksesif kepada tersangka apalgi sudah menyerah. Tidak boleh berlebihan. Kecuali kalau ada perlawanan," ujarnya.

Misalnya, kata dia, dalam kasus Poso atau yang selama ini dilakukan Operasi Tinombala bersenjata M16. Apabila tersangka melakukan penyerangan kepada aparat maka dalam keadaan terpaksa dilakukan tindakan tegas untuk melindungi.


"Dalam keadaan memaksa, overma dan tindakan yang harus dilakukan untuk melindungi petugas dan masyarakat maka kekerasan dapat dilakukan," jelasnya.

Sebelumnya Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo mengatakan kasus bermula saat Brigadir Adil yang membawa perempuan ke parkiran hotel di Selat Panjang. Di parkiran tersebut keduanya bertemu dengan Apri yang memicu pertengkaran dan disusul dengan penikaman yang menyebabkan Adil meninggal dunia.

Selanjutnya Kapolres Meranti memerintahkan anggotanya untuk segera mengejar dan menangkap pelaku penikaman Kamis dini hari itu. Selang dua jam dari tragedi pembunuhan, Apri pun berhasil dibekuk di Desa Mekarsari, Merbabu, kabupaten Kepulauan Meranti.

Pada saat penangkapan, pelaku dikabarkan telah melakukan tindak perlawanan kepada petugas. Sehingga dengan terpaksa timah panas itu melayang melumpuhkan kakinya. 

Kemudian beredar kabar Apri telah dianiaya oleh anggota polisi yang langsung dibantah oleh Guntur. Menurut dia Apri kehabisan darah saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Pelaku tewas akibat kehabisan darah saat akan dibawa ke RSUD," kata Guntur.

Setelah tewasnya Apri, masyarakat Selat Panjang ramai-ramai mendatangi RSUD Meranti untuk menyaksikan langsung. Jumlah warga semakin banyak hingga mencapai ribuan.

Warga menilai polisi secara sengaja menghabisi Apri saat penangkapan. Sehingga suasana yang semakin memanas menggerakkan warga dari RSUD menuju Mapolres Meranti. Massa mengepung mapolres dan melempari dengan batu.

Polisi bertahan dengan tameng dan sesekali meletuskan senjata peringatan ke udara. Namun jumlah massa semakin banyak hingga terakhir seorang warga terjatuh dengan luka pada bagian kepala dan tewas di lokasi.

"Saat bentrokan, korban berinisial IR (45) terkena lemparan batu dari luar Mapolresta," katanya.

Guntur menambahkan selain terdapat satu korban jiwa, dampak dari kerusuhan telah mengakibatkan kerusakan pada kaca Markas Polresta Meranti di Selat Panjang. 

Halaman :

#Meranti Mencekam

Index

Berita Lainnya

Index