Orang Rimba Sudah Terapkan Social Distancing, Jauh Sebelum Itu Populer

Orang Rimba Sudah Terapkan Social Distancing, Jauh Sebelum Itu Populer
Orang Rimba atau Suku Anak Dalam melakukan social distancing (Dok. Willy Marlupi)

HARIANRIAU.CO - Siapa sangka, ternyata praktik social distancing dengan tidak melakukan kontak fisik dekat demi terhindar penularan penyakit telah menjadi tradisi turun-temurun Orang Rimba di pedalaman Jambi?

Ya, jaga jarak dalam konteks ini, diatur dalam hubungan sosial sehari-hari yang mereka sebut besesanding, besesandingon, dan disesandingko.

Dipaparkan Willy Marlupi, seorang pemerhati Orang Rimba Jambi, jarak sosial secara turun-menurun terbukti mampu menjadi langkah awal bagi individu maupun kelompok Orang Rimba dalam mengantisipasi penularan dan penyebaran penyakit. 

Lalu, apakah Orang Rimba juga melakukan isolasi terhadap keluarga mereka yang sedang sakit? Willy menulis, jawabannya adalah ya.

"Bagi anggota keluarga yang sedang sakit mereka biasanya terpisah secara tempat dan memperlakukan diri secara khusus. Maksudnya, Sikap keluarga atau kelompok dalam konteks ini seperti sudah panggilan dan kesadaran ditengah hubungan sosial komunitas," tulis Willy.

Misalnya, Orang Rimba yang sedang flu atau batuk, secara sadar tidak akan menyambangi anggota keluarga atau kelompoknya yang masih sehat.

Orang Rimba atau Suku Anak Dalam melakukan social distancing (Dok. Willy Marlupi)Orang Rimba atau Suku Anak Dalam melakukan social distancing (Dok. Willy Marlupi)

Mereka yang sakit biasanya dengan sadar tidak akan menggunakan jalan atau fasilitas umum yang dilalui yang digunakan oleh keluarga dan kelompoknya, untuk kemudian menggunakan jalan yang lain.

"Selain sudah membuat tempat tinggalnya sendiri terpisah, mereka biasanya kembali bergabung jika si sakit sudah betul-betul merasa sehat," tambah Willy.

Pertanyaan selanjutnya, apakah sikap besesanding, besesandingon dan disesandingko, hanya berlaku di internal mereka? Jawabannya adalah tidak.

Sikap dan perlakuan ini berlaku untuk semua, internal dan ekternal, ke sesama mereka dan masyarakat luar.

"Contohnya ke saya sendiri, sekalipun saya kenal baik, punya hubungan baik 20 tahun ini dengan mereka tetap diperlakukan sama. Tidak ada yang istimewa," aku Willy.

"Pesan kesadaran seperti inilah yang saya tangkap dari kearifan lokal tersebut agar kita tetap saling menjaga," tulis Willy lagi.

Bukan hanya besesanding, besesandingon dan disesandingko untuk menghindari penyakit, Orang Rimba juga akan melalukan skrining awal untuk menyeleksi tamu masuk ke dalam kelompoknya.

"Misalnya, Ketika saya selaku orang luar datang ke lingkungan mereka di hutan sana yang pertama dilakukan sebelum memasuki ladang, huma pekarangan mereka, saya harus besesalung dulu yaitu semacam salam yang diucapkan dari jarak tertentu," tambah Willy.

Bunyi salam tersebut adalah;

Uuuoooooouuiiiiiit... 

Uuuoooooouuiiiiit.... 

Orang Rimba Sudah Terapkan Social Distancing, Jauh Sebelum Itu Populer - 2

Teriakan tersebut akan diucapkan sekeras mungkin dan berulang hingga ada jawaban dari Orang Rimba.

Besesalung sendiri dimaknai sebagai salam pembuka atau permisi ketika ingin memasuki pekarangan atau kontak sosial dengan komunitas Orang Rimba.

Jarak besesalung ini berkisar 40 sampai 50 meter dan diharapakan tamu tetap menunggu di tempat ketika besesalung sampai menunggu Orang Rimba datang menjemput.

"Ketika mereka datang menemui kita hingga dalam jarak pandang tertentu katakan 20 sampai 25 meter, biasanya kita akan di skrining dulu secara alami oleh mereka."

Skrining alami yang di maksud adalah mereka akan menatap dengan sungguh-sungguh terkait kondisi fisik tubuh tamu. Apakah tamu memiliki masalah bersin-bersin, batuk, menggigil, pucat, terluka atau baik-baik saja? Proses skrining alami ini berkisar 2 sampai 3 menit.

Tamu selanjutnya diuji lewat dialog melalui pertanyaan pembuka apo mikae becenengo guing?(Kawan, Kamu tidak sakit kan?).

"Nah, kualitas suara dan jawaban kita pada saat itulah yang akan menentukan, apakah kemudian kita bisa kontak langsung atau jaga jarak."

Akhir kata, Willy menulis komunitas adat Orang Rimba Jambi atau yang dikenal dengan Suku Anak Dalam terbukti telah secara turun-temurun mampu mencegah penularan atau penyebaran penyakit hingga sekarang meski kerap dianggap sebagai bangsa primitif.

"Kisah ini saya sampaikan semata-mata untuk berbagi bahwa imbauan dunia atau pemerintah dalam mencegah Covid-19 melalui skrining suhu, social distancing, isolasi atau di rumah aja, sebenarnya kearifan lokal masyarakat kita yang sudah terbukti bisa mempertahankan kehidupan suku ditengah rimba sana sekalipun jauh dari sentuhan sarana layanan kesehatan dan berbagai macam vaksin," tutup Willy.

Halaman :

Berita Lainnya

Index