4 Blunder Stafsus Milenial Jokowi, dari Surat Camat hingga 'Kubu Sebelah'

4 Blunder Stafsus Milenial Jokowi, dari Surat Camat hingga 'Kubu Sebelah'
Presiden Jokowi mengumumkan tujuh staf khusus baru di Istana Merdeka, Jakarta. (Suara.com/Ummi Saleh)

HARIANRIAU.CO -  Beberapa Staf Khusus (Stafsus) Presiden RI Joko Widodo, sempat melakukan kesalahan hingga menimbulkan banyak kritik dan kecaman. Terbaru, Andi Taufan Garuda Putra membuat surat yang dinilai menyalahi wewenang kepada para camat untuk bekerja sama dengan dalam program Relawan Desa Lawan Covid-19.

Selain Andi, anggota stafsus milenial yang lain juga pernah melakukan blunder atau kesalahan..

Berikut sejumlah blunder Stafsus Presiden yang dirangkum Suara.com pada Rabu (15/4/2020).

1. Andi Taufan Garuda Putra

Beredar surat bertanda tangan Stafsus Presiden RI Andi Taufan Garuda Putra kepada para camat seluruh Indonesia untuk bekerja sama dengan dalam program Relawan Desa Lawan Covid-19.

Dalam surat yang berkop Sekretariat Kabinet Republik Indonesia itu, Andi mencantumkan perusahaan miliknya, PT Amartha Mikro Fintek untuk turut bekerja sama dalam program penanggulangan Covid-19 yang diinisiasi oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Surat edaran Stafsus Presiden Andi Taufan. (Twitter/@Nicho_Silalahi)

Surat edaran Stafsus Presiden Andi Taufan. (Twitter/@Nicho_Silalahi)

Surat edaran tertanggal 1 April 2020 itu menyebut akan menjalankan program kerjasama untuk wilayah Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.

Andi, melalui surat tersebut, menuliskan bahwa petugas lapangan Amartha akan berperan aktif memberikan edukasi kepada masyarakat.

Selain itu, PT Amartha akan melakukan pendataan kebutuhan APD di Puskesmas atau layanan kesehatan desa, dan memenuhi jalur donasi.

Perwakilan perusahaan tersebut menyebut telah menyiapkan 3000 tim lapangan untuk 12.300 desa yang akan dikerahkan tanpa biaya.

Belakangan, berbagai pihak mengecam adanya surat tersebut. Politikus maupun pengamat menilai tindakan Andi telah menyalahi wewenang, maladministrasi dan pelanggaran berat.

Komisaris Ombudsman Alvin Lie juga menilai bahwa tindakan yang dilakukan Stafsus Andi Taufan Garuda Putra berpotensi memiliki kepentingan tertentu.

"Ada potensi konflik kepentingan karena perusahaan yang dimaksud oleh staf khusus tersebut adalah perusahaan di mana staf tersebut juga mempunyai peran di sana," kata Alvin, saat dihubungi Suara.com, Selasa (14/4/2020).

Kekinian, Andi telah mencabut surat tersebut dan menyampaikan permintaan maaf dalam keterangan tertulis.

"Saya mohon maaf atas hal ini dan menarik kembali surat tersebut," ujar Andi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (14/4/2020).

Andi mengakui bahwa kesalahannya menjadi pelajaran penting ke depannya dalam hal memberikan kontribusi kepada Indonesia.

2. Angkie Yudistia

Dalam situasi pandemi Covid-19, stafsus Jokowi yang lain juga pernah melakukan blunder.

Angkie Yudistia sempat mengunggah informasi palsu atau hoaks terkait cara sederhana mendeteksi virus corona selama 10 detik dengan tarik napas.

Informasi itu ia bagikan ke akun Instagramnya, @angkie.yudistia. Beberapa warganet pun mengingatkan Ankie bahwa hal itu tidak benar.

Staf Khusus Presiden Sebar Hoaks Deteksi Corona. Tangkapan layar (twitter.com/mazzini_gsp)

Staf Khusus Presiden Sebar Hoaks Deteksi Corona. Tangkapan layar (twitter.com/mazzini_gsp)

Sadar informasi dalam postingannya tidak benar, Angkie Yudistia pun segera menghapus unggahan tersebut dan meminta maaf.

Pada Senin (16/3/2020), Angkie menulis, "Postingan aku sebelumnya hapus ya, padahal dari siapa-nya pun udah saya cantukan. Kalau masih ada yang marah, maaf ya dan next akan saya crosscheck lagi sebelum posting. Baikan laah kitaa".

Ia menambahkan, "Semakin panik, dan jangan pada caci maki ya. Namaste sekali lagi, always self hygiene. This too shall pass, Insya Allah".

3. Belva Devara

Stafsus Presiden, Adamas Belva Syah Devara mendapat kritik setelah menyampaikan pernyataan dan motivasi di tengah wabah corona. Kritikan kepada Belva terutama mempermasalahkan kalimat dalam poster yang dibuat oleh BNPB.

"Bukan waktunya saling menjatuhkan atau saling membully. Ayo bertanya pada diri sendiri apa yang bisa saya lakukan untuk negeri. Menyalakan lilin lebih baik daripada menyalahkan kegelapan," ucap Belva.

Politikus Partai Golkar Achmad Annama melayangkan kritik pada pendiri aplikasi Ruang Guru ini.

"Mohon maaf. Jujur, kalau digaji 50 juta rupiah hanya untuk bicara ini, mubadzir! Rakyat sudah kenyang motivasi dari Tung Desem atau Mario Teguh," cuit Achmad Annama pada Selasa (24/3/3030).

Kritik untuk Belva juga disampaikan oleh komika Arie Kriting.

"Halah, sebulan lalu banyak yang ingetin akan bahaya corona ini. Negara ngapain? Becanda dan ngeyel. Sekarang menyuruh kita nanya diri sendiri lagi. Pakai acara menyalakan lilin, mau ngepet boss?" tulis Arie Kriting, Selasa (24/3/2020).

4. Billy Membrasar

Belum ada 100 hari setelah dilantik menjadi stafsus, Billy Membrasar telah mendapat kecaman dari banyak pihak.

Cuitannya pada Sabtu (30/11/2019) memicu perdebatan. Pasalnya, Billy di sana menyebut "kubu sebelah megap-megap".

"Stlh membahas ttg Pancasila (yg bikin kubu sebelah megap2), lalu kerja mendesign kartu Pra-kerja di Jkt, lalu sy ke Pulau Damai penuh keberagaman: BALI! Utk mengisi materi co-working space,mendorong bertambahnya jumlah entrepreneur muda, utk pengurangan pengangguran dan angka kemiskinan," tulis Billy melalui akun Twitter pribadinya @kitongbisa.

Tagar #StafsusRasaBuzzeRp masuk trending topic Twitter, cuitan Billy Mambrasar menjadi penyebabnya (Twitter)

Tagar #StafsusRasaBuzzeRp masuk trending topic Twitter, cuitan Billy Mambrasar menjadi penyebabnya (Twitter)

Akibat cuitan ini, tagar #StafsusRasaBuzzeRp sempat masuk dalam daftar trending topik di Twitter pada Minggu (1/12/2019). Meskipun Billy sudah menghapus cuitan tersebut, warganet terlanjut mengunggah screenshot-nya ke media sosial.

Setelah mendapat banyak kritik atas cuitan tersebut, Billy kemudian memberikan klarifikasi sekalius permintaan maaf.

"Assalamu'alaikum dan salam sejahtera untuk kita semua. Saya pertama memohon maaf atas kesalahpahaman yang muncul karena salah 1 cuitan saya yang menggunakan kata yang menimbulkan multitafsir, yaitu kata: 'Kubu'," kata Billy, Minggu (1/12/2019).

Ia tidak bermaksud menuduh sebagian kelompok tertentu dan memutuskan menghapus cuitannya agar tidak menjadi polemik berkepanjangan.

Halaman :

Berita Lainnya

Index