Penampakan Awan Bentuk Semar di Langit Gunung Merapi

Penampakan Awan Bentuk Semar di Langit Gunung Merapi

HARIANRIAU.CO -  Baru-baru ini warganet dihebohkan dengan sebuah postingan di media sosial. Tampak awan mirip Semar di langit Gunung Merapi pada Kamis, 12 November 2020.

Diketahui, foto itu pertama kali diunggah oleh akun Twitter @merapi_uncover. Dalam postingannya, sang admin menuliskan bahwa bentuk awan mirip Semar di langit Gunung Merapi terlihat pagi ini.

"Awan pagi tadi, malah ada yang mirip Semar," tulis akun tersebut seperti dikutip KabarJoglosemar.com dari Twitter @merapi_uncover.

Tak cuma sang admin, rupanya ada juga warga yang mengabadikan awan mirip Semar di langit Gunung Merapi yang terlihat tadi pagi.

"(Teramati) di Jalan Blabak-Ketep KM 7 Ngaglik bawah, Sawangan Magelang," ujar seorang warganet yang enggan disebutkan namanya saat dikonfirmasi.

Dikatakan warga itu, awan mirip Semar di langit Gunung Merapi itu dilihatnya sekitar pukul 04:55 WIB. Dirinya juga berpendapat bahwa ada sedikit kemiripan awan dengan tokoh pewayangan Semar.

"Sebagai orang Jawa mas, ilmu cocoklogi ya mirip Kyai Semar," ujarnya.

Dirinya berharap kemunculan awan ini hanya hal biasa dan bukan pertanda akan datangnya sesuatu.

"Semoga awan biasa mas," harapnya.

Disamping pendapat awan mirip Semar, ada pula yang mengatakan awan mirip Semar di langit Gunung Merapi itu justru mirip lebih Presiden Donald Trump, hingga karakter kartun Barnacle Boy di Spongebob.

Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Yogyakarta Sigit Hadi Prakosa mengatakan hal itu sebagai fenomena alam biasa.

"Masyarakat umum menyebut awan ini sebagai awan topi, awan tudung atau juga awan kanopi karena seolah menjadi penutup yang menyelubungi puncak gunung," ujar Sigit,

Awan Lenticularis mulai terbentuk saat arus angin yang mengalir sejajar permukaan bumi mendapat hambatan dari objek tertentu seperti pegunungan.

Akibat hambatan tersebut, arus udara tersebut bergerak naik secara vertikal menuju puncak awan.

Jika udara naik tersebut mengandung banyak uap air dan bersifat stabil, maka saat mencapai suhu titik embun di puncak gunung uap air tersebut mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung. Inilah mengapa awan Lenticularis terbentuk.

"Bkasa terjadi saat angin kencang bertiup melintasi puncak gunung," ujar Sigit. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index