WHO: Dunia Akan Mengalami Trauma Massal, Bahkan Lebih Besar Dari Pasca Perang Dunia II

WHO: Dunia Akan Mengalami Trauma Massal, Bahkan Lebih Besar Dari Pasca Perang Dunia II
Direktur Jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus/Net

HARIANRIAU.CO - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyalakan alarm kesehatan dunia, di mana ia menyebut Bumi harus bersiap menghadapi trauma mental massal akibat pandemi Covid-19.

Direktur Jenderal WHO,  Tedros Ghebreyesus mengatakan dunia mungkin akan kembali menghadapi trauma massa, seperti Perang Dunia II dahulu.

"Seperti yang mungkin diingat dunia setelah Perang Dunia II, dunia mengalami trauma massal karena Perang Dunia II mempengaruhi banyak, banyak nyawa," kata Tedros, seperti dikutip Anadolu Agency, Minggu (7/3).

Tedros mengatakan, dengan pandemi yang memiliki skala kolosal, hampir seluruh dunia terpengaruh dengan dan setiap individu terkena dampaknya.

"Artinya, trauma massal, yang melampaui proporsi, bahkan lebih besar dari yang dialami dunia setelah Perang Dunia II," kata Tedros.

"Negara-negara harus melihatnya seperti itu dan bersiap untuk itu, dan WHO akan mendukung dengan cara apa pun yang mungkin untuk menangani kesehatan mental yang merupakan trauma massal,"  lanjut dia.

Sementara itu, kepala kedaruratan WHO, Mike Ryan mengatakan, selain bahwa selain dampak Covid-19 pada orang dan keluarga, ada tekanan kesehatan mental karena tidak menemui keluarga di rumah sakit.

Ada teror dan tragedi yang terkait dengan tekanan mental yang dialami para pekerja garis depan dan petugas kesehatan di komunitas, dan banyak lainnya.

"Kami perlu mengukur dampak kesehatan mental dan benar-benar memahami apa yang terjadi," ujar Ryan.

Ryan juga mencatat, jika individu dan komunitas tidak sehat secara fisik dan mental, sulit untuk menyerap ketegangan dan stres epidemi. Dalam intervensi kemanusiaan, kata Ryan, dukungan kesehatan mental dan psikonasioal memiliki porsinya.

Dia mengatakan kesehatan mental dan dukungan psikososial harus menjadi inti dari semua rencana pemulihan dan harus dimasukkan ke dalam rencana tersebut.

"Ada satu hal yang tampaknya disukai oleh virus ini, dan itu adalah keputusasaan dan ketidakmampuan kita atau kesediaan kita untuk menghentikan virus, dan terkadang bertanya-tanya apakah dampaknya yang paling mendalam," kata Ryan.

Salah satu pakar penyakit menular tekemuka WHO, Maria Van Kerkhove, mengatakan bahwa pemerintah, komunitas, keluarga, dan individu harus lebih menekankan pada "kesejahteraan kita".

"Untuk siapa pun di luar sana, yang merasakan tekanan ini, dan kita semua juga merasakannya; jika Anda membutuhkan bantuan, silakan hubungi kami,"  pungkasnya. 

sumber berita rmol.id

Halaman :

Berita Lainnya

Index