Cerita Tentara Wanita Penjaga Masjid Nabawi: Saya Bersyukur Ada di Posisi Ini

Cerita Tentara Wanita Penjaga Masjid Nabawi: Saya Bersyukur Ada di Posisi Ini
Tentara wanita Aab Saudi. (Foto: Huda Bashatah)

HARIANRIAU.CO -  BEBERAPA gambar telah menangkap langkah mengesankan yang dibuat Arab Saudi menuju pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender sejak 2016. Seperti foto terbaru dari seorang petugas keamanan wanita berseragam yang memandu jamaah umrah di Makkah selama Ramadan.

Lusinan petugas wanita saat ini dikerahkan di Makkah dan Madinah, di mana mereka memberikan keamanan dan mengelola jamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Fakta bahwa pekerjaan sehari-hari mereka sekarang dianggap sebagai hal yang biasa adalah sinyal pencapaian Visi 2030 Kerajaan yang berusia lima tahun.

Para perwira terlatih militer yang terdiri dari 113 perempuan yang ditempatkan di Masjid Nabawi dibentuk sejak enam bulan lalu. Mereka adalah bagian dari cabang keamanan dalam negeri Pasukan Keamanan Khusus Arab Saudi. Para petugas bekerja sepanjang waktu di empat tim yang masing-masing terdiri dari hampir 18 anggota. Tugas mereka, menurut pernyataan Mayor Jenderal Abdul Rahman Al-Mashhan, Direktur Kepolisian Madinah adalah mengawasi dan membantu jamaah umrah.

Mengenakan seragam berwarna moka, baret hitam, dan sebagian wajah tertutup cadar, para perwira muda itu mengawasi bagian masjid untuk membimbing dan membantu jamaah perempuan serta menegakkan protokol pemerintah terkait Covid-19.

Mereka memancarkan kepercayaan diri yang berasal dari kesuksesan dalam karier yang tertutup bagi mereka hingga saat ini. Sebagai bagian dari pelatihan profesional, mereka belajar bela diri, pertolongan pertama, dan cara menggunakan senjata api. Mereka juga harus mengikuti kursus bahasa Arab dan Inggris (untuk meningkatkan keterampilan komunikasi mereka), pendidikan komputer, dan kebugaran.

Hanan Al-Rashidi (27) yang telah menjadi tentara selama delapan bulan, mengatakan dia menerima pekerjaan itu karena itu adalah bentuk pelayanan kemanusiaan. “Saya sangat gembira. Merupakan suatu kehormatan untuk bekerja di Masjid Nabawi dan melayani para tamu Allah," katanya kepada Arab News.

Al-Rashidi mengungkapkan kebanggaannya dalam mengibarkan bendera untuk Saudi Vision 2030 dan menganggap era saat ini sebagai salah satu pemberdayaan perempuan.

“Saya bersyukur bisa bekerja di posisi ini. Kepemimpinan kami telah memberi kami banyak kesempatan. Dari mengemudi hingga bekerja di bidang apapun, wanita setara dengan pria. Tidak ada bedanya,” ujarnya seperti dilansir dari laman Arab News.

Reem Al-Mahjoob (27) yang telah menjalankan tugas keamanan di Madinah selama enam bulan terakhir, menggemakan sentimen Al-Rashidi. Dia menunjukkan bahwa Visi 2030 telah memberdayakan wanita Saudi untuk mengambil pekerjaan di berbagai bidang seperti militer, penerbangan, dan pemerintahan.

"Ini adalah era perempuan," kata Al-Mahjoob kepada Arab News. "Wanita sekarang dapat bergabung dengan militer di antara banyak sektor lain yang selalu ingin mereka masuki."

Dari perspektif sejarah, penempatan perwira wanita di dua kota suci tersebut adalah salah satu dari banyak perubahan luar biasa yang telah disaksikan Arab Saudi sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman meluncurkan rencana Visi 2030 pada April 2016.

Pemberdayaan perempuan, termasuk inklusi ekonomi dan partisipasi angkatan kerja adalah salah satu tujuan utama dari program Visi 2030.

Sebagai bagian dari strategi, Arab Saudi tidak hanya memperkenalkan reformasi hukum tetapi juga mendanai proyek dan inisiatif di sejumlah sektor, termasuk pariwisata, investasi, dan budaya yang telah menciptakan peluang bagi perempuan.

Bersamaan dengan inisiatif ini, sektor pemerintah telah berkomitmen untuk menjamin dan melindungi hak-hak perempuan di tempat kerja. Kementerian Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Sosial telah bekerja untuk mengurangi diskriminasi berbasis gender dan menemukan cara untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman yang mendorong pertumbuhan dan inovasi.

Perempuan juga memainkan peran mereka dalam membuat undang-undang dan membuka bisnis serta telah mengambil peran utama dalam investasi sektor swasta. Arab Saudi sekarang memiliki pembalap profesional wanita pertama, duta besar wanita, juri wanita, dan pembuat film wanita pemenang penghargaan.

Laju kemajuan menuju kesetaraan gender di sektor pertahanan sangat mengesankan. Arab Saudi memutuskan tiga tahun lalu untuk mengizinkan wanita bergabung dengan militer.

Pada 2020, sayap militer pertama untuk wanita di angkatan bersenjata Arab Saudi diluncurkan. Pada bulan Februari tahun ini, Kementerian Pertahanan mengumumkan bahwa pria dan wanita di Kerajaan dapat melamar posisi di militer melalui portal penerimaan terpadu.

Di antara posisi yang sekarang terbuka untuk wanita adalah Kopral Lance, Kopral, Sersan dan Sersan Staf, dengan garis panjang calon majikan, termasuk Angkatan Darat Kerajaan, Angkatan Udara Kerajaan, Angkatan Laut Kerajaan, Angkatan Pertahanan Udara Kerajaan, Kerajaan Angkatan Rudal Strategis Saudi dan Layanan Medis Angkatan Bersenjata.

Petugas polisi wanita bergabung dengan jajaran pasukan keamanan Makkah untuk pertama kalinya selama musim haji musim panas lalu, di tengah pandemi Covid-19.

Seperti mereka, kontingen wanita yang ditempatkan di Masjid Nabawi di Madinah membuktikan bahwa apapun yang dapat dilakukan pria Saudi, wanita Saudi juga dapat melakukannya, dan bahwa tidak peduli seberapa maskulinnya sebuah pekerjaan bagi kaum tradisionalis, itu selalu bisa mendapatkan keuntungan dari sentuhan wanita.

Halaman :

Berita Lainnya

Index