Nike Ardilla, Legenda Musik yang Tetap Hidup Abadi di Hati Penggemarnya

Nike Ardilla, Legenda Musik yang Tetap Hidup Abadi di Hati Penggemarnya
Nike Ardilla. (Istimewa)

HARIANRIAU.CO - Nike Ardilla, legenda musik yang tetap hidup abadi di hati penggemarnya. Viralnya sebuah video di media sosial Tiktok yang menampakkan seorang gadis bernama Amel disebut mirip mendiang Nike Ardilla, kembali mencuatkan nama penyanyi legendaris yang melejit lewat lagu “Seberkas Sinar” itu.

Terlepas dari Amel yang diklaim mirip Nike Ardilla, tahun ini tepat 26 tahun lalu, penyanyi yang dikenal sebagai penyanyi slow rock dan pop itu meninggal dunia pada 19 Maret 1995.

Nike Ardilla meninggal dunia lantaran kecelakaan. Artis muda yang kala itu masih berusia 19 tahun, meninggalkan duka yang begitu mendalam, bukan saja keluarga dan orang tuanya, namun juga kepedihan dirasakan para penggemarnya.

Sejatinya, orang-orang tidak menduga Nike Ardilla akan pergi secepat itu. Bernama asli Raden Rara Nike Ranadilla Kusnadi atau disapa singkat Nike Ratnadilla, tetapi dipopulerkan dengan nama Nike Ardilla oleh Deddy Dores, pencipta lagu kondang pada era 1980 dan 1990-an, maka lahirlah legenda musik bersuara emas yang hingga kini masih hidup di hati para penggemarnya.

Selain dikenal sebagai penyanyi, Nike Ardilla juga dikenal sebagai aktris. Film yang pernah populer yang diperankannya dengan lawan main Ryan Hidayat adalah “Ricky: Nakalnya Anak Muda” yang diputar pada 1990 dan Lupus IV (1990).

Selain itu, Nike Ardilla juga pernah menjadi model. Berkat kecantikan di luar suaranya yang memang merdu, ia pernah meraih juara favorit event Gadis Sampul berkat pilihan pembaca majalah remaja terkenal Gadis yang merupakan salah satu produk cetak dari PT Gaya Favorit Press yang juga menerbitkan majalah Femina.

Nike Ardilla meninggal setelah menabrak pagar tembok setinggi satu meter di Jalan RE Martadinata yang kala itu bernama Jalan Riau di Bandung, sekitar pukul 06.15 WIB.

Nike Ardilla mengalami pendarahan di bagian kepala lantaran benturan keras tersebut. Mobilnya terbalik dan penyok di bagian pintu pengemudi, persis tempat pelantun lagu “Panggung Sandiwara” itu menyetir. Setelah kejadian itu, mobilnya diamankan di Mapolresta Bandung Tengah.

Jenazah Nike Ardilla dikebumikan di Desa Imbanegara, Kabupaten Ciamis, sekitar 180 kilometer sebelah timur Bandung.

Kronologi kejadian menurut keterangan keluarga korban, Nike Ardilla sempat pulang ke rumahnya di Jalan Parakan Saat I No 37 Bandung pukul 22.00 WIB, 18 Maret 1995. Namun hanya sebentar, ia lantas keluar rumah lagi bersama kawannya Sopiatun Wahyuni.

Mereka pergi ke diskotik Pollo Bandung sekitar pukul 24.00 WIB hingga 04.00 WIB. Setelah itu Nike mampir makan di rumah makan Kintamani, Jalan Lombok Bandung.

Ayah Sopiatun mengatakan, setelah makan terjadi kecelakaan. Sopiatun dan Nike kala itu tengah berada dalam perjalanan pulang. Menurut salah satu saksi mata, mobil yang dikendarai Nike tiba-tiba oleng ke kiri membentur bak sampah dan pagar tembok. Suaranya membentur keras.

Karier Nike Ardilla Dimulai Sejak Kecil

Nike Ardilla mulai berkarier pada 1987 dengan merilis sebuah album kompilasi bertajuk Bandung Rock Power. Sejak saat itu, namanya langsung meroket di industri musik Indonesia. Nike Ardilla sendiri telah melahirkan 11 album studio dan delapan album kompilasi sejak debutnya.

Tidak hanya itu, Nike Ardilla juga merilis 28 single dan beberapa di antaranya merupakan soundtrack film. Bakatnya sudah terlihat sejak kecil, saat masih duduk di kelas empat SD, yaitu pada 1986 ia meraih juara harapan satu Lomba Nyanyi Radio Ganesha.

Namanya belum populer meskipun sudah masuk rekaman pada usia 11 tahun. Barulah pada 1989, nama Nike Ardilla mulai diperhitungkan setelah album lagunya “Seberkas Sinar” meledak di pasaran, dengan jumlah kaset yang terjual sebanyak 200 ribu.

Tahun berikutnya, albumnya yang lain berjudul “Bintang Kehidupan”, laku terjual 400 ribu kaset. Lagu-lagu yang dinyanyikan Nike Ardilla, umumnya hasil ciptaan Deddy Dores, seperti Sandiwara Cinta yang sering ditayangkan televisi.

Tidak hanya dikenal sebagai penyanyi andal, Nike juga pemain film dan sinetron. Ia pernah memerankan seorang gadis kampung di serial “None” yang diputar di TPI setiap Selasa malam kala itu.

Sebagai seniman, Nike Ardilla mau saja menyelesaikan make-up walau baru bangun tidur. Seperti dikatakan Putu Wijaya, Nike Ardilla memiliki disiplin yang tinggi. Nama Nike Ardilla pun tidak hanya populer di Tanah Air, melainkan internasional. Di Malaysia, nama Nike Ardilla sangat terkenal bahkan menyamai artis-artis terkenal lainnya seperti Sheila Madjid asal Malaysia.

Nike Ardilla juga telah melakoni konser di beberapa negara Asia, seperti di Malaysia, Singapura, dan lainnya. Nike Ardilla diketahui pernah mendapatkan penghargaan Nugraha Bhakti Musik Indonesia dari Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI).

Kesedihan abadi setelah Nike Ardilla meninggal, lagu-lagunya membahana di seluruh penjuru ibu kota Jakarta selama dua hari, dan diputar hampir semua radio siaran swasta di Indonesia. Meninggalnya Nike di usia yang masih muda telah disebut-sebut mewakili kesedihan abadi dalam industri musik Tanah Air.

Para pedagang kaki lima di Tanah Abang, Jakarta Pusat salah satunya. Mereka memperdengarkan lagu penyanyi slow rock itu sekeras-kerasnya di tengah lalu lalang manusia yang berjubel. Tetapi di beberapa toko di Jakarta, album-album Nike justru mulai langka lantaran pasca kematiannya, kasetnya laku keras.

Sementara itu, lagu "Sebuah Lagu Buat Nike" ciptaan Deddy Dores ludes dalam waktu dua minggu. Dalam pemberitaan di media cetak, hampir semuanya memberitakan terkait penjualan kaset Nike Ardilla yang laris bak kacang goreng. Fantastis, lantaran sebanyak 150 ribu kaset berisi lagu mengenang Nike Ardilla tersebut laku terjual.

Sebagian hasil penjualan kaset itu diberikan kepada keluarga Nike Ardilla. Tidak hanya itu, Deddy Dores juga meneruskan sumbangan setiap bulan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) Wawasan Nusantara. Serupa yang dilakukan Deddy Dores, dalam sebuah pemberitaan di Majalah Anita Cemerlang pada 1995, seorang penulis majalah remaja itu juga menyumbangkan honor cerpen yang ditulisnya untuk SLB yang didirikan Nike Ardilla itu selama tiga tahun.

Sebelum Nike Ardilla meninggal, selama ini SLB itu hanya menerima sumbangan dari Nike. Setelah meninggalnya Nike Ardilla, SLB itu ganti berubah nama menjadi SLB Nike Ardilla.

Halaman :

Berita Lainnya

Index