Di Tengah Kesulitan, Pria Palestina Ini Rawat Hewan Korban Serangan Bom Israel

Di Tengah Kesulitan, Pria Palestina Ini Rawat Hewan Korban Serangan Bom Israel
Saeed el-Err, pemerhati hewan di Jalur Gaza

HARIANRIAU.CO - Saeed el-Err, seorang pria Palestina dari Jalur Gaza , menghabiskan berjam-jam sehari untuk merawat puluhan anjing dan kucing liar yang terluka akibat serangan udara Israel. Aksi terpuji el-Err dilakukannya, meski ia juga tengah dalam kesulitan akibat serangan Israel.

Pada 10 Mei, Israel melancarkan kampanye militer di Jalur Gaza, setelah Hamas, menuntut pihak berwenang Israel untuk menarik pasukan mereka dari kompleks Masjid Al-Aqsa, di mana ratusan warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi Israel.

Selama 11 hari pertempuran sengit, jet tempur Israel melakukan ratusan serangan udara di jalur tersebut. Hamas, serta sejumlah kelompok lainnya di sana, menembakkan ribuan roket ke wilayah Israel.

"Akibatnya, lusinan hewan liar di Gaza terluka, sementara ratusan diantaranya terpengaruh secara psikologis," ucap el-Err, seperti dilansir Xinhua.

"Makhluk yang tidak bisa berbicara itu tidak bisa mengungkapkan rasa sakit atau ketakutan yang melanda mereka. Sangat sering mereka dibiarkan sendiri tanpa dirawat," sambung pria berusia 50 tahun itu.

Inilah alasan mengapa dia memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri, meluncurkan inisiatif kesehatan yang bertujuan untuk merawat hewan yang terluka. Inisiatif itu bukan yang pertama diusulkan oleh el-Err. Pada tahun 2006, ia mulai membantu hewan-hewan liar yang sering dianiaya oleh pengemudi yang sengaja menabrak mereka atau oleh anak-anak yang memukul mereka dengan batu.

Juga pada tahun 2016, ia mendirikan tempat penampungan hewan pertama di Jalur Gaza yang telah menyediakan layanan kesehatan dan kehidupan bagi lusinan hewan liar di daerah kantong pantai.
Sampai hari ini, tempat perlindungannya menampung sekitar 200 hewan liar, termasuk anjing dan kucing, sebagian besar cacat.

"Sayangnya, kami tidak memiliki budaya sosial yang mendorong orang untuk mengadopsi hewan atau peduli dengan hak-hak mereka, dan itulah sebabnya Anda akan menemukan hewan liar hidup dalam kondisi tidak normal," katanya seperti dilansir dari laman sindonews.com.

Dia mencoba mengubah situasi itu, tetapi eskalasi militer telah memberinya lebih banyak tantangan. 

Selama hari-hari pertempuran, baik dia maupun putranya tidak dapat mencapai tempat penampungan hewan. Pemboman itu membuat banyak hewan trauma dan 100 di antaranya melarikan diri dari tempat penampungan.

Halaman :

Berita Lainnya

Index