Kondisi Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah di Masa Pandemi

Kondisi Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah di Masa Pandemi
Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah, di Desa Sungai Kayu Ara Permai, Kabupaten Siak, Riau.

HARIANRIAU.CO - Desa Kayu Ara Permai, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, memiliki destinasi wisata tersembunyi, yaitu Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah (MSB). Lokasinya tepat berada di bibir pantai Selat Lalang. Jarak tempuh dari Kota Pekanbaru sekitar 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor roda empat dan roda dua. Destinasi wisata ini menyajikan pemandangan  alam yang memesona, telah resmi dibuka pada tahun 2019 lalu. 

Kawasan Ekowisata MSB sangat asri. Rimbunan pohon mangrove berjejer hijau di atas lahan 5 hektar. Mangrove disini sudah berusia puluhan tahun. Batang pohonnya menjulang tinggi menggapai cakrawala. Rantingnya tempat hinggap burung-burung kicau yang bermain saling bersahutan. Sejumlah fauna khas hutan bakau merayap di atas rawa sembari mencari pangan alami. 

Bila menyusuri lebih dalam ke ujung trek jelajah kawasan mangrove itu, terlihat 27 jenis mangrove yang telah teridentifikasi, diantarnya belukap atau bakau kurap (Ridzophora Mucronata), bakau (Ridzophora Apicilata), bakau merah (Ridzophora Mangle), bosing (Ridzophora Sty Losa), dan nyirih (Xylocarpus Granatum).

Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah, di Desa Sungai Kayu Ara Permai, Kabupaten Siak, Riau. 

Ketika baru diresmikan dua tahun lalu sebelum pandemi COVID-19 mewabah, sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) pernah mendatangi Ekowisata MSB. Wisman yang berkunjung berasal dari Sidney Australia. Kemudian, ada juga wisnus dari Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. 

Ekowisata MSB dikelola oleh sejumlah pemuda yang tergabung dalam Kelompok Konservasi Laskar Swadaya Mandiri (KLSM). Tarif masuk destinasi ini Rp3.000 per orang, parkir motor Rp2.000, dan parkir mobil Rp5.000. Untuk kegiatan edukasi, pihak pengelola memberikan tarif gratis bagi pelajar SD dan SMP. 

Sekretaris Kelompok KLSM, Jefrizal menuturkan, jumlah kunjungan wisatawan sebelum masa pandemi, ketika waktu libur panjang atau libur cuti bersama bisa mencapai 100 - 500 orang per hari. Namun, saat ini capaian kunjungan wisatawan itu merosot tajam. Lantaran, pihaknya telah menutup Ekowisata MSB akibat dampak pandemi COVID-19. 

"Sebelum masa pandemi COVID-19, penghasilan per bulan bisa mencapai Rp4.000.000. Jumlah ini belum dikurangi untuk membayar upah para petugas yang bekerja disini. Namun akibat pandemi, pendapatan kami memang kosong, kami tidak bisa membuka Ekowisata ini sama sekali. Kami menghormati anjuran pemerintah mencegah penyebaran COVID-19. Untuk itu kami menutup sementara bagi wisatawan yang mau melancong ke tempat ini," kata Jefrizal, Minggu (11/7/2021). 

Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah, di Desa Sungai Kayu Ara Permai, Kabupaten Siak, Riau. 

Ekowisata MSB Desa Kayu Ara Permai, beriklim tropis dengan suhu udara antara 25-32 derajat celsius, dengan kelembaban dan curah hujan cukup tinggi. Terdapat 297 Kepala Keluarga yang penghasilan ekonominya mengandalkan sektor perikanan laut dan pertanian. 

Keberadaan Ekowisata MSB diharapkan bisa menjadi alternatif ekonomi bagi masyarakat sekitar. Nelayan juga berkepentingan menjaga ekosistem mangrove, agar hasil tangkapan ikan mereka tetap berlimpah.

Kepala Dinas Pariwisata  Provinsi Riau, Roni Rakhmat, melalui Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Sumberdaya Pariwisata, Ridho Adriansyah mengatakan, pada masa pandemi ini, Dispar Riau berupaya membantu memberikan pembinaan kepada kelompok sadar wisata Desa Kayu Aru Permai. 

Dispar Riau menggelar pembinaan membangkitkan kreatifitas melalui digitalisasi usaha di masa era kebiasaan baru di pendopo Ekowisata MSB.

Pembinaan yang dilakukan bertujuan untuk membangkitkan kreatifitas melalui digitalisasi usaha di masa era kebiasaan baru (New Normal). Melibatkan 20 peserta pelaku parekraf di Desa itu, dengan menghadirkan narasumber praktisi digital, Rinal Sagita. 

Kemudian, narasumber lainya yakni, Kepala Dispar Kabupaten Siak, Fauzi Azni, yang menyampaikan materi tentang sosialisasi panduan pelaksanaan Cleanliness, Health, Safety  and  Environmental Sustainability (CHSE), panduan protokol kesehatan bagi masyarakat, dalam rangka pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019.

"Dispar Riau memberikan pembinaan digitalisasi agar di masa pandemi ini para masyarakat di sekitar desa wisata bisa memanfaatkan teknologi digital dan bisa mempromosikan hasil usaha ekonomi kreatif juga UMKM melalui berbagai kanal media sosial," kata Ridho Adriansyah. 

Hasil produk kuliner kripik biji durian khas Desa  Sungai Kayu Ara Permai. 

Sehingga, lanjut Ridho, hasil produk UMKM dan ekonomi kreatif yang ada Desa Kayu Aru Permai bisa dikenal dan diminati khalayak luas. "Narasumber memberikan materi tentang bagaimana cara menumbuhkan followers dan subscribers, memperkuat posisi akun, dan mempelajari algoritma media sosial," ujar Ridho. 

Dijelaskan Ridho, selain itu narasumber juga menjelaskan aspek spesifik memperhatikan kata kunci (keyword) yang digunakan. Kemudian, tips menanggapi followers dengan bijak, cara membuat dan membagikan konten menarik, penggunaan hastag, hingga cara update konten dan crossing content.

Sekretaris Kelompok KLSM, Jefrizal, selaku pengelola Ekowisata MSB, sangat berterima kasih kepada Dispar Provinsi Riau yang telah menggelar kegiatan pembinaan tersebut. Ia berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan setiap tahun sekali.

"Target kami memang kegiatan edukasi seperti ini. Menjadikan Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah sebagai sekolah alam dan bisa menumbuhkan produk UMKM masyarakat sekitar. Harapan saya pembinaan ini bisa dilakukan 1 tahun sekali. Dengan begitu masyarakat disini bisa terbantu," ujar Jefrizal. 

Sejarah Ekowisata MSB

Desa Sungai Kayu Ara Permai sebelum dimekarkan masuk dalam wilayah administratif Desa Sungai Kayu Ara. Namun, setelah diterbitkan Perda Kabupaten Siak, nomor 6 Tahun 2009 tentang Pembentukan Desa, wilayah administratif Desa Kayu Ara terbagi dua dengan Desa Kayu Ara Permai. 

Nama Ekowisata MSB diambil dari cerita sejarah dibentuknya Desa Sungai Kayu Ara Permai. Diungkapkan Jefrizal, dulunya di kawasan Ekowisata MSB ada sebuah sungai yang ditumbuhi pohon beringin menjulang tinggi. Ukuran akar pohon beringin itu sangat besar, tumbuh kokoh saling berhubungan di tepi kanan dan kiri sungai. 

Masih menurut cerita Jefrizal, pohon beringin yang tumbuh mengangkangi sungai itu, merupakan saksi sejarah dibentuknya Desa Sungai Kayu Ara Permai. "Jadi cerita itu untuk mengingatkan sejarah kepada generasi yang akan datang. Maka, destinasi ini kami beri nama Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah," Jefrizal menceritakan. 

Sebelum Ekowisata MSB diresmikan, para pemuda Kelompok KLSM melakukan swadaya mandiri, bergotong royong masuk ke dalam hutan. Mencari kayu dan bambu untuk membangun jalur atau trek lintasan aksesibilitas wisatawan yang berkunjung. 

Bibir pantai Selat Lalang, Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah, di Desa Sungai Kayu Ara Permai, Kabupaten Siak, Riau. 

Hasil kerja keras dengan tujuan mulia, dibarengi niat yang tulus disertai doa, membuahkan kabar baik. Pada tahun 2019 pihak pengelola Ekowisata MSB mengusulkan pembangunan trek sepanjang 250 meter. Proposal diusulkan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrinbangdes). "Alhamdulillah permintaan kami disetujui melalui anggaran pemerintah pusat," ujar Jefrizal. 

Lalu, setelah dibangun trek sepanjang 250 meter, Kelompok KLSM kembali melakukan kegiatan swadaya, dengan menambah trek menjadi 450 meter hingga sampai ke tepi pantai Selat Lalang. Jefrizal bersama rekan-rekanya juga membangun amnenitas, berupa 5 unit pendopo dan 2 unit MCK. 

"Kedepannya, kami akan berupaya supaya trek di dalam kawasan Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah ini bisa dibangun permanen dengan menggunakan cor semen, tanpa memakai kayu papan lagi. Kami sedang berupaya meminta bantuan melalui pemerintah Kabupaten Siak dan Pemerintah Provinsi Riau. Kayu trek disini sudah banyak yang lapuk. Mungkin hanya bisa bertahan sampai tahun ini saja," tukasnya. 

Amenitas MCK di Ekowisata Mangrove Sungai Bersejarah. 

Jefrizal menjelaskan, ia memiliki target pengembangan Kawasan Ekowisata SMB akan diperluas lagi. Sehingga pengunjung yang datang bisa mengitari hutan mangrove. "Untuk rencana pengembangan ke depan kami akan membangun lagi trek sepanjang 200 meter. Jadi pengunjung yang datang bisa melintasi hutan mangrove hingga menuju pintu keluar, tanpa harus kembali melalui jalur masuk yang sudah dilewati," ulasnya. 

Masih banyak impian Jefrizal yang belum terwujud. Hal itu disebabkan dampak pandemi COVID-19. Virus yang melumpuhkan ekonomi dunia itu, sangat berpengaruh pada kondisi keuangan Pengelola Ekowisata MSB.

"Pandemi sudah berlangsung hampir selama dua tahun. Uang kas kelompok kami sudah habis. Banyak impian kami untuk membangun destinasi wisata ini. Seperti membangun rumah pohon dan menara pandang. Namun, hingga kini belum bisa terwujud akibat pandemi COVID-19," tandasnya. (mcr)

Halaman :

Berita Lainnya

Index