Dari SMART Sampai Ke Belanda

Dari SMART Sampai Ke Belanda
Ahmad Faisal, Alumni SMART Angkatan 13

HARIANRIAU.CO - Mengubah takdir bukanlah jawaban dari semua keputusasaan, namun kita bisa merekonstruksi kembali masa lalu yang kelamuntuk mimpi di masa depan. Meski sulit namun patut kita coba. Di tulisan ini aku tertarik menengok kembali jejakku yang sedikit tak terarah hingga aku bisa merekonstruksi kembali masa laluku.

Namaku Ahmad Faisal, pada 2003 silam aku lahir di Kobbae, daerah terpencil di Sulawesi Selatan, aku hidup bersama orang tua dan lima saudara. Saat aku menempuh sekolah menengahpertama di situlah aku paham arti susah dan penuh kendala.

Walaupun uang bukanlah segalanya, akan tetapi aku merasagara-gara uang ibuku stres memikirkan biaya sekolahku. Akumerasa egois, seolah keuangan di rumah hanya untuk biayasekolahku saja. Namun aku tak berputus asa, aku mulaibergerilya mencari beasiswa yang sesuai. Rasanya inginmenyerah karena sulit sekali, tapi Alhamdulillah Allah mempertemukanku dengan SNB SMART Ekselensia Indonesia di Instagram. Bahagia? Jelas, dan di saat bersamaan aku merasatertantang. Akhirnya kuberanikan diri mengikuti ragamprosesnya. Iya proses demi proses serta persyaratan aku penuhitanpa terkecuali Masa-masa itu seakan-akan seru untukdikenang kembali. Proses seleksi SNB memang panjang tapi akutertantang untuk terus melaju dan bersaing.

Selama proses seleksi berlangsung aku berusaha mencari tahutentang SMART, aku yakin bisa lolos, yakin sekali. Meskibegitu ekspektasiku tidak terlalu tinggi,  karena aku merasaSMART terlalu wah untuk seorang Ahmad Faisal. Namun takdirberkata lain, Allah merestuiku untuk bersekolah di sana. Akumengucap syukur tanpa henti maka melengganglah aku keBogor. Ini kali pertama aku ke Jawa Barat dan kali pertama akumerantau. Aku bertekad menata diri di sini hingga bisa berkata:

“Aku tak menyesal sekolah di SMART”.

Saat orang bertanya, apa yang telah kamu dapatkan di SMART selama dua tahun? Jangan heran kalau aku tidak bisa berkata-kata. Memang kesannya melebih-lebihkan tetapi memangkenyataannya begitu. Di sini aku belajar arti saling menghargai, saling menyayangi sebagai saudara meski beda ibu dan bapak, belajar bagaimana mengendalikan diri, dan belajar berpikirdewasa.

Aku tidak perlu membahas tentang akademik SMART, karenasudah jelas kurikulum SMART tergolong sangat baik. Apalagiprestasi-prestasinya. Alhamdulillah di SMART aku bisaberprestasi bersama sahabatku, Wildani Fadhillah. Kami berduamenjadi peraih silver medals dalam Kompetisi Penelitian SiswaIndonesia (KoPSI) 2020.

Aku sangat berterima kasih kepada guru-guruku di SMART, berkat keuletan dan kesabaran para guru aku bisa lolos Breda University of Applied Sciences, Belanda. Sebuah berkah yang tak pernah kusangka bisa berkuliah di Belanda.

Bersekolah di SMART menjadi revolusi terbesar dalam hidupku. Doakan aku ya.

Halaman :

Berita Lainnya

Index