Begini Jadinya Kalau Fotografer Abadikan Pernikahannya Sendiri: Baru 10 Menit Sudah Basah

Begini Jadinya Kalau Fotografer Abadikan Pernikahannya Sendiri: Baru 10 Menit Sudah Basah

HARIANRIAU.CO - Seperti halnya Indonesia, peningkatan kasus Covid-19 di Malaysia juga tidak bisa dianggap enteng. Untuk membendungnya, pemerintah Negeri Jiran menerapkan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP), sejenis PPKM Darurat di Indonesia.

Di tengah penerapan PKP tersebut, berbagai cara kreatif perlu dilakukan agar tetap bisa bertahan dalam tatanan norma baru.

Hal yang sama dilakukan oleh seorang fotografer pernikahan yang ingin mengabadikan kenangannya sendiri sebagai seorang pengantin di tengah PKP tersebut.

Berbaju Melayu lengkap dengan kain samping dan peci, mempelai pria itu berlari berulang kali untuk mendapatkan angle terbaik.

Fotografer bernama Sheikh Mohd Asyrul Shikh Hatim mengatakan dia menikah dengan istrinya pada 27 Juli lalu mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan.

Pria berusia 30 tahun itu mengaku awalnya berniat menggunakan jasa temannya sebagai fotografer untuk merekam foto pernikahannya.

" Namun karena teman saya sedang berada di luar daerah dan lintas negeri masih tidak diperbolehkan, maka saya putuskan untuk mengambil foto sendiri," ujarnya.

Asyrul mengatakan saat melakukan pemotretan tersebut, dia sama sekali tidak menggunakan konsep.

" Semuanya dilakukan secara spontan. Lokasi fotografi juga dekat rumah pengantin perempuan di Kuala Krai, Kelantan," katanya.

Namun Asyrul mengakui kalau sesi pemotretan yang dilakukannya tidak semudah yang dibayangkan.

Apalagi pada pemotretan kali ini, dia 'memainkan' dua peranan, yaitu sebagai fotografer dan pengantin itu sendiri.

Pertama, dia menetapkan posisi untuk mengambil foto sebelum mengatur timer pada kamera yang terpasang. Begitu menekan shutter, Asyrul akan berlari ke arah istrinya untuk mengambil gambar.

" Lebih dari 10 kali saya lari bolak-balik sepanjang sesi fotografi yang berlangsung kira-kira tiga jam. Baru 10 menit pertama saja, ketiak saya sudah basah," kata Asyrul dengan nada bercanda.

Untuk pemotretan pernikahannya, Asyrul memilih lokasi di area kebun karet dengan pemandangan sungai di dekatnya.

Menurut fotografer pernikahan paruh waktu itu, momen paling berkesan adalah saat dia foto bersama istrinya di jembatan sungai.

“ Saya pasang kamera di tepi sungai untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar yang indah. Tapi timernya hanya 10 detik, jadi saya tidak sempat lari ke tengah jembatan untuk mengambil foto," kenang Asyrul.

Upaya pertama gagal karena Asyrul hanya bisa lari ke sisi jembatan dalam waktu 10 detik. Padahal, dari lokasi kamera ke tengah jembatan butuh waktu lebih dari 15 detik.

" Saya tidak mampu mengejar waktu, dari tempat kamera saya harus lari lagi. Medan yang berbukit-bukit semakin mempersulit pemotretan," kata pria kelahiran Petaling Jaya, Selangor, ini.

Namun Asyrul sangat bersyukur karena mendapat bantuan dari kakak iparnya yang bersedia menjaga kamera dan menekan shutter-nya.

" Akhirnya saya dan istri bisa berpose di jembatan itu beberapa kali. Kelihatannya sih OK, tapi saat itu sudah basah kuyup," katanya sambil tertawa.

Selama bekerja sebagai fotografer pernikahan, baru kali ini dia merasakan susahnya menjadi pengantin saat melakukan sesi pemotretan.

Karena selama ini, dia selalu bekerja di belakang layar. Hanya tinggal memerintah pengantin untuk berpose sana sini.

" Sekarang saya baru paham betapa capeknya jadi pengantin ketika menjalani sesi pemotretan," ujarnya.

Asyrul juga bersyukur karena sesi pemotretan dilakukan sore hari sehingga cuaca tidak panas. Meski dia tetap basah kuyup karena lari-lari.

Dia tidak bisa membayangkan jika sesi pemotretan pernikahannya itu dilakukan pada saat tengah hari, ketika matahari lagi terik-teriknya.


 

sumber dream.co.id

Halaman :

#Viral

Index

Berita Lainnya

Index