Dipenjara, Mantan Presiden Georgia Saakashvili Lakukan Aksi Mogok Makan

Dipenjara, Mantan Presiden Georgia Saakashvili Lakukan Aksi Mogok Makan
Mantan presiden Mikheil Saakashvili ditangkap sesaat setelah kedatangannya di tanah airnya, Georgia/Net

HARIANRIAU.CO - Keberadaan mantan presiden Mikheil Saakashvili yang dilaporkan telah ditahan sesaat setelah menjejakkan kaki di Georgia akhirnya terjawab setelah pihak berwenang Georgia memberikan pernyataan resminya.

Saakashvili ditangkap oleh petugas penegak hukum tak lama setelah ia kembali ke tanah air, dan dibawa ke Lembaga Pemasyarakatan Rustavi, di selatan ibu kota Tbilisi.

Kementerian Dalam Negeri merilis video yang menunjukkan penangkapan Saakashvili. Pria yang telah bersembunyi selama delapan tahun di pengasingan untuk menghindari jeratan hukum itu nampak tersenyum dengan tangan diborgol.

Saat ditangkap, Saakashvili tidak melakukan perlawanan. Namun, selama beberapa jam di dalam tahanan ia melakukan mogok makan.

Ombudsman Georgia, Nino Lomdzharia, yang menjenguk Saakashvili mengatakan, mantan presiden itu menuntut pertemuan dengan konsulat Ukraina.

"Ketika saya masuk, dia sedang berada di dokter dan sedang menjalani pemeriksaan medis. Kami diizinkan berbicara di sel penjara. Saakashvili mengatakan akan melakukan aksi mogok makan yang lebih besar," kata Lomdzharia, seeprti dikutip dari TASS, Sabtu (2/10).

Ia menambahkan bahwa Saakashvili tidak bisa menerima perlakuan aparat yang menahannya.

"Dia tidak setuju dengan hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Hukuman kepadanya adalah motif politik," tambah Lomdzharia.

Saakashvili telah meninggalkan Georgia sejak delapan tahun lalu setelah konflik politik yang membelitnya. ia kemudian tinggal di pengasingan, di Ukraina.

Pengadilan Georgia kemudian menjatuhkan hukuman pada 2018 atas kejahatan menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang. Pengadilan menetapkan hukuman untuk Saakashvili itu secara in absentia.

Pekan lalu, Saakashvili mengumumkan rencana kepulangannya ke tanah air dan ingin ikut serta dalam proses pemungutan suara Georgia.

Ia bahkan memposting video di akun media sosialnya pada Jumat (1/10) yang menyatakan bahwa ia telah berada di Georgia, hanya beberapa jam menjalang pemungutan suara. Meskipun ia tahu akan menghadapi resiko dipenjara, tetapi ia mengklaim bahwa ia ingin membantu 'menyelamatkan' negara di tengah krisis politik yang berkepanjangan.

Awalnya, pemerintah membantah bahwa Saakashvili telah memasuki negara itu. Namun kemudian, Perdana Menteri Irakli Garibashvili mengatakan pada konferensi pers singkat bahwa presiden ketiga Georgia, buronan Mikheil Saakashvili, telah ditahan.

Garibashvili menyebut mantan presiden berusia 53 tahun itu sebagai "penjahat".

"Pejabat penegak hukum Georgia memiliki informasi sebelumnya tentang pergerakan Saakashvili, mulai dari Ukraina, menuju Georgia. Instansi terkait berkoordinasi untuk proses penangkapannya," ujar Garibashvili. 

sumber rmol.id

Halaman :

Berita Lainnya

Index